Sekarlantamemberi nama anaknya Baru Klinting seperti tombak sakti milik suaminya. Kata "baru‟ berasal dari kata bra yang artinya berkedudukan tinggi, tercabut air menyembur begitu kuat dari bekas tancapan lidi tersebut disertai gemuruh dahsyat, menenggelamkan seluruh isi desa beserta para warga. seketika Search Search for Text Widget This is a text widget, which allows you to add text or HTML to your sidebar. You can use them to display text, links, images, HTML, or a combination of these. Edit them in the Widget section of the Customizer.
Menurutlegenda, Rawa Pening terbentuk dari muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinting. Baru Klinting adalah jelmaan ular yang berubah menjadi anak kecil
Legenda Baruklinting – daerah Ambarawa Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumber air telaga berasal dari luberan air bekas cabutan lidi Baru Klinting. Alkisah, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin bersinggungan, karena takut tertular. Bocah ini pun mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula. Akhirnya, tak dinyana tak di duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara. Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan. Saat tengah di seret, ia berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir sembari meludahi dirinya. “dasar anak setan, anak buruk rupa”, begitu maki mereka. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya. Tak percaya dengan omongan sang bocah, masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi, lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut dengan omongan si bocah. “Jangan-jangan akan ada apa-apa?” pikir mereka. Benar saja, dalam beberapa hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya, secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga. Konon tak banyak orang yang selamat, selain warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit tersebut berangsur-angsur hilang. Namun penyihir jahat, tetap tak terima, hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya. Versi lain menyebutkan, ular ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul WIB. Setiap ia bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya, bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting. Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam berkat yang paling di tunggu-tunggu. DestinasiRawa Pening, Spot Wisata Alam Menakjubkan di Salatiga Tribun Travel kali ini sedikit membahas tentang Rawa Pening, salah satu spot wisata sekitar Salatiga yang layak untuk kamu kunjungi. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konon Rawa pening dimulai dari sebuah mitos yang turun-temurun diwariskan menjadi sebuah kearifan lokal. Awal mula Rawa Pening dimulai dari Legenda Baru Klinting, yang dikisahkan sebagai anak kecil yang sakti, namun memiliki wajah yang buruk rupa sehingga menjadi bahan ejekan anak sebayanya. Hanya seorang Janda yang mau menerima keberadaan baru Klinting. Suatu saat Baru Klinting berpesan kepada Janda tersebut agar naik lesung "penumbuk padi" disaat mendengar kentongan. Kemudian Baru Klinting menjuju pelataran dan mengadakan sayembara, siapa yang bisa mencabut lidi yang ditancapkannya. Tak satupun anak-anak yang bisa mencabut lidi yang ditancapkan Baru Klinting. Orang dewasa tak mau kalah juga, lalu satu persatu mencoba mencabut lidi tersebut, namun semuanya gagal. Akhirnya Baru Klinting yang mencabut lidi tersebut lalu setelah tercabut keluarlah semburan air yang semakin membesar. Usai mencabut lidi lalu Baru Klinting berlari sambil membunyikan kentongan dan akhirnya semua warga tenggelam dan hanya Janda tersebut yang selamat dengan naik lesung. Genangan airpun meluas dan menjadi sebuah danau yang jernih airnya yang disebut Rawa Pening. Saat ini Rawa Pening menjadi penopang beberapa aspek kehidupan dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Sektor wisata, pertanian, pengelolaan energi hingga perikanan sepenuhnya tergantung kepada danau seluas Dikelilingi perbukitan dan berlatar gunung seolah sebagai tandon air yang tak pernah kering. Sawah disekitar danau menjadi bukti, betapa berjasanya Rawa Pening dalam mendukung sektor wisata. Karamba apung dan banyaknya nelayan yang hilir mudik di sisi-sisi danau menunjukan adanya sumber kehidupan dikedalaman air, Di outlet Rawa Pening sudah dihadang sebuah bendungan yang mengubah energi potensial air menjadi listrik dengan turbin-turbin generatornya. Danau dengan sejarah yang panjang, hingga ada bukti nyata kejayaan masa lalu. Disisi utara danau, hamparan besi berjajar kokoh terpancang. Rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Ambarawa dengan Stasiun Tuntang membingkai sisi utara danau. Jikan anda beruntung maka bisa disaksikan Salah satu lokomotif dengan kode B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen melintas dengan kepulan asap hitamnya. Lokomotif langaka hanya tinggal 3 yang masih tersisa di dunia yang saat ini selain di Swiss dan India. Kurang lengkap rasanya jika tidak melirik flora dan fauna yang menghuni Rawa Pening. Salah satu flora yang menjadi buah simalakama bagai perairan Rawa Pening adalah Eceng Gondok Eichornia crassipes. Eceng gondong dengan perkembangbiakan vegetatif menjadi ledakan disaat menutupi sebagian besar permukaan danau. Volume air dapat dengan mudah disedot kepermukaan lewat laju transpirasi yang 7 kali lebih cepat oleh Eceng Gondok, selain itu penetrasi cahaya ke dalam danau juga terhambat. Disisi lain Eceng Gondok dimanfaatkan sebagai kerajinan, pupuk, dan tempat naungan ikan. Untuk keseimbangan ekositem rawa, maka Flora lain seperti Salvinia Salvinia natans, Kangkung Ipomoea reptans, Azola, Hidrilia dan aneka tanaman air menjadi penghuni tetap rawa. Berbagai fauna, seperti Biawak Varanus salvator, burung kuntul Bubulus coromandus, Bulus Cylemis amboinensis, dan beraneka macam ikan air tawar. Mata mungkin akan terpana dengan hilir mudik burung kuntul yang tak canggung melintas diatas perahu nelayan. Andaikata ditelusuri lebih dalam lagi maka beberapa spesies eksotis masih bisa ditemui di danau indah ini. Realitanya 19 anak sungai menjadi masukan air bagi Rawa Pening, dan hanya 1 sungai yang menjadi jalan keluar. Masuknya air yang menuju Rawa Pening bukanlah air sungai yang bersih, namun membawa material-material yang ikut larut dan terbawa arus sungai. Sungai-sungai yang menjadi masukan air Rawa Pening dimanfaatkan oleh masarakat yang tinggal disekitar sungai. Aktivitas rumah tangga hingga pertanian telah berkontribusi menyumbangkan material terlarut dalam perairan sungai yang selanjutnya terbawa arus menuju Rawa Pening. Limbah rumah tangga, seperti deterjen, kotoran, hingga sampah menjadi material yang ditemukan sepanjang sungai. Dari aktivitas pertanian juga memberikan sumbangsih terhadap bahan-bahan pencemar, seperti pestisida, limbah pertanian dan sisa pemupukan yang berlebihan. Kini semua tergantung tangan manusia mau dibawa kemana aliran kelestarian Rawa Pening. Jika tindakan manusia layaknya mitos Baru Klinting yang tidak diterima penduduk dengan ramah dan selalu menyakiti alam dengan segala keberadaanya, niscaya lidi bencana akan tercabut dengan sendirinya. Akankah lidi konservasi ikut akan terus tertanam demi generasi mendatang, atau ramai-ramai dicabut dengan alasan perut dan ekonomi. Di tangan kita lidi tersebut tertancap, niscaya dengan keramahan kita buat generasi mendatang agar tetap bisa menikmati pesona Baru Klinting. foto-foto silahkan mampir dirumah saya Lihat Nature Selengkapnya Padaartikel The Jombang Taste sebelumnya telah penulis bagikan asal-usul Rawa Pening dari kisah legenda Naga Baru Klinting. Artikel ini merupakan kelanjutan dari cerita rakyat Jawa Tengah tersebut. baru klinting telaga ngebel, bekas cabutan lidi baru klinting, cerita baru klinting, cerita baru klinting bahasa jawa, cerita rakyat baru Ki Hajar pun lantas memercayainya, tetapi ia meminta Baru Klinting bertapa di Bukit Tugur agar ia menjadi manusia. Selagi ia bertapa, penduduk Desa Pathok yang sedang berburu mencari makanan menemukan dirinya, kemudian memotong ekornya dan dimasak sebagai makanan ekornya terpotong, Baru Klinthing menjelma menjadi manusia. Ia, yang merasa lapar, lalu meminta makanan kepada warga yang sedang berpesta. Akan tetapi, tidak ada yang memberinya makanan. Baru Klinthing menancapkan lidi ke tanah dan menantang warga desa untuk mencabutnya. Tidak ada satu pun wargadesa yang dapat mencabut lidi tersebut. Baru Klinthing mencabut lidi tersebut dengan mengerahkan kesaktiannya. Dari bekas cabutan lidi itu, air memancar serta menenggelamkan desa dan seluruh warganya, sehingga terbentuklah danau bernama Rawa itu terus diceritakan secara turun-temurun dan hidup dalam masyarakat. rdp/dnu
RawaPening yang luasnya sekitar 2.670 hektar ini terletak di sisi jalan yang menghubungkan Bawen dan Salatiga.Rawa Pening yang sangat indah ini menurut cerita legenda berasal dari muntahan air bah dari bekas cabutan lidi Baru Klinting.Tempat wisata ini mudah dijangkau dengan angkutan umum maupun pribadi. Keindahannya yang mempesona, bukan hanya terlatak pada airnya yang bening dan sejuk, tapi
* Hutan wisata sumber semenHutan wisata sumber semen berada di desa gading, kecamatan sale. Tepatnya terletk 49 km sebelah tenggara kota rembang. Objek wisata ini sangatlah tepat untuk rekreasi bersama keluarga, pemandangan alamnya indah serta udaranya sejuk. Hutan lindung ini masih alami serta di huni oleh kera, selain itu di hutan wisata ini juga terdapat sebuah gua yang mempunyai nilai historis yakni gia rambut. Wisatawan akan mengetahui secara lengkap mengenai cerita gua rambut ini apabila berkunjung ke objek wisata ini. Di hutan wisata ini juga terdapat lokasi perkemahan, sambil berkemah wisatawan bisa menikmati fasilitas air bersih serta kolam renang yang disediakan di objek wisata ini.* Rawa peningRawa pening mempunyai luas ha ini merupakan objek wisata air dengan perahu-perahu tradisional yang berada di kabupaten semarang. Objek wisata ini berada di kaki gunung merbabu, gunung telomoyo, gunung ungaran serta gunung kendalisodo. Tepatnya terletak di bukit cinta, kecamatan ambarawa berjarak 45 km dari kota semarang. Luasnya mencakup empat wilayah kecamatan yaitu ambarawa. Bawen, tuntang juga banyu biru dari kota ungaran, rawa pening berjarak sekitar 25 legenda, rawa pening merupakan luapan air bah dari bekas cabutan lidi baru klinting. Baru klinting merupakan seorang bocah penuh luka di sekujur tubuhnya serta berbau amis. Tidak ada yang mau berteman dengannya, kecuali seorang janda tua yang mau berada di kerumunan warga kampung yang sombong, dia menancapkan sebatang lidi dan bersumpah bahwa tidak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya, kecuali dirinya. Ternyata benar tak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya. Setelah dicabut oleh baru kelinting, keluarlah air yang makin lama makin besar dan akhirnya menenggelamkan kampung tersebut sehingga menjadi objek wisata rawa pening ada terdapat arena pancing alam dan pembangkit tenaga listrik, di objek wisata tersebut, para wisatawan bisa melihat aktivitas para nelayan serta tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan air rawa pening. Lokasi wisata rawa pening ini mudah di jangkau serta dilalui jalur kereta api jurusan kedungjati-ambarawa. Objek wisata ini juga di kelilingi objek wisata lain serta adanya beberapa rumah makan. melingkaribekas cabutan lidi. Baru akhirnya bisa berbicara, Hajar menamainya Ki Jaka Bandhung. Hajar mengajari Jaka berbagai kesaktian. Jaka mengikuti sayembara menyembuhkan kebisuan Retna Pandhan Kuring putri dari Kerajaan Pengging. Namun hanya diberi hak untuk menangkap hewan Abstrak Tulisan "Makna Pengembaraan dalam Serat Baru Deskripsi Bukit Cinta Rawa Pening merupakan tempat wisata alam yang berada di tepi Danau Rawa Pening yang menyuguhkan kolaborasi pemandangan menakjubkan antara perbukitan dan perairan. Terletak di Jalan Raya Salatiga - Ambarawa, tepatnya di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, membuat lokasi Bukit Cinta Rawa Pening ini sangat strategis. Kondisi jalan yang baik sehingga mudah diakses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Bukit Cinta Rawa Pening dulunya pada saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia berfungsi sebagai gardu pantau pertumbuhan tanaman enceng gondok. Tujuan dibangunnya tempat ini yaitu untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman enceng gondok. Kemudian pada tahun 1975, pemerintah setempat mengubah tempat tersebut menjadi Spot Gardu Pandang. Tahun 1983, tempat tersebut mulai populer berganti nama menjadi Bukit Cinta karena banyaknya pemuda-pemudi yang pergi ke Bukit Cinta untuk memadu kasih. Selain itu terdapat legenda yang beredar di masyarakat sekitar mengenai Rawa Pening yang menjadi pemandangan indah di Bukit Cinta Rawa Pening yaitu Legenda Baru Klinting. Konon Rawa Pening terbentuk dari lidi yang dicabut oleh Baru Klinting yang merupakan putra dari jelmaan ular naga. Dari bekas cabutan lidi tersebut mengeluarkan air terus menerus hingga menenggelamkan sebuah pedesaan dan jadilah sebuah rawa. Banyak aktivitas wisata yang dapat pengunjung lakukan di Bukit Cinta Rawa Pening. Bagi pengunjung yang sekedar ingin menikmati pemandangan Rawa Pening, terdapat pendopo di atas bukit dan beberapa tempat duduk di taman yang cocok untuk menikmati pemandangan. Selain itu dermaga di tepi danau menjadi tujuan utama pengunjung berkunjung ke Bukit Cinta Rawa Pening untuk tempat berfoto. Jika ingin mengelilingi rawa, pengunjung dapat menyewa perahu yang disediakan masyarakat sekitar. Tersedia juga tempat bermain anak dan gazebo-gazebo. Bukit Cinta Rawa Pening telah memiliki sarana dan fasilitas yang memadai seperti mushola dan toilet yang bersih, ruang parkir cukup luas, jalur khusus disabilitas, tempat souvenir kerajinan eceng gondok khas Rawa Pening, serta ada banyak kios penjual makanan dan minuman di depan lokasi wisata. Contact Bukit Cinta Rawa Pening Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Jl. Diponegoro No. 202 Gedanganak Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50519 Tlf +624-6921424 Wisata Alam Tempat Wisata Parkir, Toilet, Kamar Mandi, Mushola, Pendopo, Ruang Pertemuan, Gazebo, Warung Makan, Toko Oleh-oleh Galeri Tiket Wisatawan Mancanegara Rp. 50,000 Tiket Masuk Hari Libur Rp. 15,000 Tiket Masuk Hari Biasa Rp. 10,000 Location Buka Peta Reviews Review Dengankesaktiannya, Baru Klinting lantas mencabut lidi tersebut dari tanah. Secara ajaib, air memancar sangat deras dari dalam tanah di mana lidi tersebut baru saja dicabut. Dengan kesaktiannya, Baru Klinthing mancabut lidi tsb dan dari bekas cabutan lidi itu, keluar lah air yang kemudian menenggelamkan seluruh desa sehingga terbentuklah Rawa Pening Rawa Cemas pada perian 2008 Lokasi Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia Koordinat 7°17′S 110°26′E  /   / Koordinat 7°17′S 110°26′E  /   / Terwalak di negara Indonesia Distrik permukaan hingga hektare 25,0 hingga 26,7 km2; 9,7 sebatas 10,3 sq mi Rawa Pening pening adalah salah satu varian bahasa Jawa dari kata "wening" yang artinya hening, tenang, damai bahasa Jawa ꦫꦮ​ꦥꦼꦤꦶꦁ, translit. Rawa Buncah yaitu danau alam di Kabupaten Semarang, Jawa Perdua. Dengan luas hektare dia menempati kewedanan Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.[1] Rawa Pening terletak di cekungan terendah lereng Gunung Merbabu, Giri Telomoyo, dan Gunung Ungaran. Tasik ini dangkal dan menjadi hulu bagi Wai Tuntang. Permasalahan lingkungan [sunting sunting sendang] Danau ini mengalami pendangkalan nan pesat. Pernah menjadi ajang mengejar lauk, saat ini erat seluruh permukaan rawa ini tertutup eceng buhuk. Gulma ini kembali telah menghampari Sungai Tuntang, terutama di bagian hulu. Persuasi memintasi spesies invasif ini dilakukan dengan mengerjakan pembasuhan serta pelatihan pemanfaatan eceng beguk dalam kerajinan, sahaja tekanan populasi pokok kayu ini sangat strata. Legenda Hijau Klinthing [sunting sunting sumber] Pemancing di Rawa Pening. Menurut legenda, Pandau Galau terbentuk berasal muntahan air yang mengalir dari bekas cabutan lidi yang dilakukan oleh Baro Klinthing. Kisahan Baru Klinthing yang berubah menjadi anak boncel yang munjung luka dan berbau amis sehingga tidak dituruti masyarakat dan balasannya ditolong janda tua. Paya ini digemari sebagai objek tamasya pemancingan dan sarana olahraga air. Saja akhir-akhir ini, perahu pengail bergerak pun runyam. Referensi [sunting sunting perigi] ^ "Wisata Pandau Pening, Ambarawa"". Diarsipkan dari versi kudus terlepas 2018-08-17. Diakses sungkap 2018-08-17 . Pranala luar [sunting sunting sumber] Paya Pening Semarang Objek Wisata Paya Pening Diarsipkan 2010-11-01 di Wayback Machine. Kar Lokasi Pelancongan Paya Bingung - CityGuide Diarsipkan 2012-01-17 di Wayback Machine. Dari Salatiga ke Rawa Pening Menurutlegenda, rawa pening merupakan luapan air bah dari bekas cabutan lidi baru klinting. Baru klinting merupakan seorang bocah penuh luka di sekujur tubuhnya serta berbau amis. Tidak ada yang mau berteman dengannya, kecuali seorang janda tua yang mau menolongnya. Aku suka didongengi Bapak. Di usia 30 tahun ini, dongeng-dongeng Bapak masih melekat kuat dan kudongengkan juga kepada anak-anak. Salah satu dongeng anak pendek yang sangat melekat di alam bawah sadarku adalah kisah Baru Klinting dan Legenda Rawa Pening. Kisah ini melekat erat di kalangan anak-anak yang tinggal di Salatiga. Rawa Pening terletak di Banyubiru, salah satu spot wisatanya; Bukit Cinta, sangat kental dengan nuansa ular naga yang panjang. Legenda Rawa Pening termasuk dongeng anak pendek jenis floklor. Floklor adalah budaya yang diwariskan secara turun-menurun. Dongeng jenis floklor adalah cerita yang berkembang dan melekat di masyarakat dan telah diwariskan dengan turun-menurun, baik dengan cerita lisan maupun ada peninggalannya. Karena turun-menurun ini, bisa jadi jalan cerita yang diceritakan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Baru Klinting dan Legenda Rawa Pening Tersebutlah pada jaman dahulu kala, Dewi Ariwulan melahirkan bayi. Bayinya tidak berwujud manusia, namun berwujud ular naga. Meskipun berbentuk ular naga, Baru Klinting bisa berbicara layaknya manusia. Ketika Dewasa, Baru Klinting bertanya kepada sang Ibunda, dimana gerangan ayahnya berada. Ibunda menjawab, “Ayahmu adalah Ki Hajar Sarwokartolo, seorang Resi yang bertapa di Gunung Merbabu.” Baru Klinting mencari ayahnya di Gunung Merbabu. Namun, setelah bertemu, Ki Hajar Sarwokartolo tidak mengakui bahwa Baru Klinting adalah anaknya. “He, Bocah Cilik, yen bener kowe anakku, kowe bisa mlungkeri Gunung Sleker.” Ki Hajar Sarwokartolo meminta Baru Klinting untuk membuktikan bahwa dia adalah anaknya dengan melingkari Gunung Sleker, nama lain dari Gunung Merbabu. Baru Klinting beranjak melingkari gunung, namun masih kurang sedikit lagi kepalanya tidak mencapai ekornya. Baru Klinting menjulurkan lidahnya agar ia bisa meraih ekornya, namun Ki Hajar memotong lidah Baru Klinting. Ki Hajar meminta Baru Klinting untuk bertapa di Gunung Merbabu selama satu minggu. Tidak disangka, ada warga yang menemukan ular naga di Gunung Merbabu. Rakyat Desa itu pesta pora dengan daging ular naga yang melimpah. Baru Klinting yang dipotong-potong oleh rakyat desa menjelma menjadi seorang nak kecil yang bau dan bersisik. Baru Klinting berkeliling desa, meminta makan kepada warga desa. Semua warga desa merasa jijik dan mengusir Baru Klinting. Hanya mbok Rondo, seorang janda tua, yang menerima Baru Klinting dan memberinya makan. Suatu hari, warga Desa mengadakan pesta wayang. Baru Klinting diusir untuk kedua kalinya. Baru Klinting marah. Di depan pendopo Balai Desa, Baru Klinting menancapkan lidi. Membuat sayembara, “Barang siapa yang bisa mencabut lidi ini akan mendapatkan hadiah, namun barang siapa yang sombong dan tidak bisa mencabut lidi ini akan mendapatkan mala petaka.” Satu persatu warga Desa mencobanya. Mereka menertawakan Baru Klinting, “Alah cuma sebatang lidi.” Namun, siapa sangka. Ternyata tidak ada satu pun warga desa yang mampu mencabut batang lidi. Baru Klinting mencabutnya sendiri, tidak disangka, air mengucur deras dari bekas cabutan lidi tersebut dan menenggelamkan desa. Hanya Mbok Rondo yang selamat karena sebelumnya dipesan oleh Baru Klinting untuk naik ke dalam lesung ketika ada air keluar. Warga Desa tenggelam. Jadilah Rawa Pening. Sementara, Desa dimana lidi jatuh disebut Kendali Sodo.
Berdasarkancerita sejumlah warga di pesisir Rawa Pening, danau alam itu terbentuk setelah seorang remaja bernama Baro Klinting mencabut lidi yang ditancapkannya di tengah hajatan pesta warga Desa Pathok. Bersamaan dengan itu, muncul air dari lubang bekas tancapan lidi. Air terus membesar dan terjadi banjir.
- Rawa Pening adalah salah satu destinasi wisata yang menarik untuk melepas penat di Jawa Tengah. Rawa Pening Z Creator/Titi RomiyatiTerletak hanya 40 menit dari Kota Semarang, danau alami seluas hektare ini menawarkan panorama indah dengan pemandangan pegunungan yang memukau. Asal usul terbentuknya Rawa Pening dihubungkan dengan sebuah legenda menarik. Kisahnya bermula dari sebuah desa bernama Ngasem yang terletak di lembah antara Gunung Merbabu dan Telomoyo. Baca Juga Menikmati Sunset dan Keindahan Destinasi Wisata dari Karimun Jawa yang MengagumkanDi desa tersebut tinggal sepasang suami-istri bernama Ki Hajar dan Nyai Selakanta. Mereka dikenal sebagai pasangan yang pemurah dan suka menolong, sehingga sangat dihormati oleh masyarakat sekitar. Nyai Selakanta menginginkan seorang anak, dan untuk mewujudkannya Ki Hajar bertapa di lereng Gunung Telomoyo. Nyai Selakanta merawat kehamilannya dengan sabar dan keajaiban pun terjadi. Saat melahirkan, yang lahir dari perutnya bukanlah seorang anak manusia, melainkan seekor naga yang diberi nama Baru Klinthing. Baru Klinting memiliki kemampuan berbicara seperti manusia meski berwujud Pening Z Creator/Titi RomiyatiNyai Selakanta merasa malu dan merawat Baru Klinting dengan rahasia. Namun, ketika Baru Klinthing dewasa, ia memutuskan untuk menemui ayahnya yang bertapa di lereng Gunung meyakinkan Ki Hajar dengan membawa pusaka tombak miliknya, Baru Klinthing diperintahkan untuk bertapa di Bukit Tugur agar tubuhnya berubah menjadi itu, ada sebuah desa bernama Pathok yang sangat makmur namun penduduknya angkuh. Mereka bermaksud mengadakan pesta sedekah bumi dan berburu binatang di Bukit mereka menangkap dan memotong-motong daging Baru Klinthing untuk dijadikan hidangan pesta. Saat para warga sedang berpesta, Baru Klinthing yang telah berubah menjadi manusia muncul dan meminta makanan, namun ia malah Klinting meninggalkan desa dan bertemu dengan seorang janda tua bernama Nyi Latung. Nyi Latung mengajaknya ke rumahnya dan memberinya Pening Z Creator/Titi RomiyatiDalam perbincangan mereka, Baru Klinthing memberi saran agar warga diberi pelajaran. Ia meminta Nyi Latung untuk menyiapkan alat penumbuk padi dari kayu jika mendengar suara Klinting kembali ke pesta desa dengan membawa sebatang lidi dan menancapkannya ke tanah. Ia meminta warga mencabut lidi tersebut, tetapi tak seorang pun yang berhasil Juga Grojogan Klenting Kuning Kisah Ande Ande Lumut & Mata Air SuciDengan kekuatannya, Baru Klinthing mampu mencabut lidi tersebut dengan mudah. Suara gemuruh menggentarkan seluruh desa, dan air pun menyembur keluar dari besar terjadi, dan seluruh penduduk desa Pathok tenggelam dalam air yang meluap. Desa yang dulu makmur berubah menjadi rawa atau danau yang kini dikenal dengan nama Rawa kejadian itu, Baru Klinting kembali menemui Nyi Latung yang telah menunggu di atas lesung yang berfungsi sebagai perahu. Mereka berdua selamat dari bencana tersebut. Baru Klinting kemudian kembali menjadi naga untuk menjaga Rawa adanya mitos yang terkait dengan Rawa Pening, tempat ini menjadi lebih menarik. Kisah Baru Klinting yang menjadi naga dan menjaga danau ini memberikan daya tarik menikmati keindahan alam, pengunjung dapat merenungkan dan menghayati nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita Menarik Lainnya Lebih Dekat Melihat Sam Poo Kong, Destinasi Wisata Populer di Semarang Intip Pesona Pegunungan dan Air Hijau di Kawah Ijen, Bau Belerang Menyimpan Keindahan Melihat Puncak Gunung Rinjani dengan View Alam yang Memanjakan Mata Pantai Drini Jogja Punya Ombak yang Besar Jadi Incaran Peselancar Internasional Intip Pesona Gemercik Air dan Pasir Putih di Pantai Pok Tunggal di Gunung Kidul JogjaKonten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di Creators .
  • 4exd4w3nag.pages.dev/1
  • 4exd4w3nag.pages.dev/957
  • 4exd4w3nag.pages.dev/512
  • 4exd4w3nag.pages.dev/248
  • 4exd4w3nag.pages.dev/241
  • 4exd4w3nag.pages.dev/1
  • 4exd4w3nag.pages.dev/177
  • 4exd4w3nag.pages.dev/317
  • 4exd4w3nag.pages.dev/795
  • 4exd4w3nag.pages.dev/513
  • 4exd4w3nag.pages.dev/692
  • 4exd4w3nag.pages.dev/318
  • 4exd4w3nag.pages.dev/862
  • 4exd4w3nag.pages.dev/309
  • 4exd4w3nag.pages.dev/956
  • bekas cabutan lidi baru klinting