BUKITTINGGI METRO-Belasan wartawan dari Bukittinggi Press Club (BPC) melakukan acara syukuran bersama pengusaha Andi "Sultan" asal Kota Bukittinggi Sumbar dengan cara berbagi menu takjil dan berbuka bersama, Selasa (26/4).Acara syukuran digelar setelah BPC menempati kantor kesekretariatan baru yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan tahun 1443 H ini.
TEMPOCO, Jakarta - Sutan Takdir Alisjahbana kerap pula ditulis dengan inisial STA, merupakan budayawan, sastrawan, ahli tata bahasa Indonesia, sekaligus salah satu pendiri Universitas Nasional Jakarta. Lahir 11 Februari 1908 di Mandailing Natal, Sumatera Utara, STA tutup usia pada 31 Juli 1993, di umur 85 tahun. Sosok STA mengawali pendidikan di bangku Sekolah Dasar HIS Bengkulu.Perlu diketahui, Pariaman adalah satu dari sedikit daerah di ranah Minangkabau yang mempertahankan adat membeli lelaki’ dalam pernikahan. Membeli dengan sejumlah uang ini kerap disebut uang jemputan’ yang besarnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Adat ini hanya dianut Pariaman dan Padang, sedang di daerah lain seperti Payakumbuh, Bukittinggi, dan Solok, tak menganut adat ini. Uang jemputan ini bukanlah mahar macam pernikahan di India sana. Tapi bea yang dikeluarkan pihak perempuan untuk membawa lelaki itu tinggal di keluarga perempuan. Sebelum menjelaskan tentang tradisi ini, perlu diketahui bagaimana orang minang memandang adat. Pada prinsipnya orang minang mengklasifikasikan adat menjadi empat macam yakniAdat Nan Sabana Adat adat sebenar adatSederhananya, adat nan sabana adat itu merupakan aturan pokok dan falsafah hidup orang minang yang berlaku turun temurun tanpa dipengaruhi oleh tempat dan waktu, istilahnya ialah indak lakang dek paneh, ndak lapuak dek ujan. Dalam hal ini saya mencontohkan seperti sistem materlineal dan falsafah alam takambang jadi guru Alam yang membentang dijadikan guru yang dipakai oleh orang minang. Adat Nan Diadatkan adat yang diadatkan Kemudian adat nan diadatkan merupakan peraturan setempat yang diputuskan secara musyawarah dan mufakat atau aturan yang berlaku disuatu nagari negeri/daerah tertentu. Misalnya tata cara atau syarat-syarat pengangkatan penghulu dan tata cara perkimpoian. Sehingga adat perkimpoian antara satu daerah dengan daerah lainnya di dalam Minangkabau berbeda-beda, tata cara perkimpoian di Pariaman berbeda dengan tata cara perkimpoian di dareah lainya seperti di limapuluh kota, agam dan daerah lainnya. Adat Nan Taradat adat yang beradat Sedangkan adat nan taradat merupakan kebiasaan seorang dalam kehidupan bermasyarakat, misalanya seperti tata cara makan. Jika dahulu orang minang makan dengan tangan, maka sekarang orang minang sudah menggunakan sendok untuk makan. Adat Istiadat Terakhir ialah adat istiadat yang merupakan kelaziman dalam sebuah nagari atau daerah yang mengikuti situasi itu, tradisi bajapuik yang merupakan sebagai transaksi perkimpoian itu termasuk kedalam kategori adat nan diadatkan. Pada umumnya bajapuik dijemput merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang minang dalam prosesi adat perkimpoian, karena dalam sistem matrilineal posisi suami urang sumandomerupakan orang datang. Oleh karena itu, diwujudkan kedalam bentuk prosesi bajapuik dalam pernikahan. Namun, di Pariaman prosesi ini diinterpretasikan kedalam bentuk tradisi bajapuik, yang melibatkan barang-barang yang bernilai seperti uang. Sehingga kemudian dikenal dengan uang japutan uang jemput, agiah jalang uang atau emas yang diberikan oleh pihak laki-laki saat pasca pernikahan dan uang hilang uang hilang. Pengertian uang jemputan adalah Nilai tertentu yang akan dikembalikan kemudian kepada keluarga pengantin wanita pada saat setelah dilakukan acara pernikahan. Pihak Pengantin Pria akan mengembalikan dalam bentuk pemberian berupa emas yang nilainya setara dengan nilai yang diberikan oleh keluarga Pihak Pengantin Wanita sebelumnya kepada keluarga Pengantin Pria. Biasanya pemberian ini dilakukan oleh keluarga pengantin pria marapulai ketika pengantin wanita Anak Daro berkunjung atau Batandang ka rumah Mintuo. Bahkan pemberian itu melebih nilai yang diterima oleh pihak Marapulai sebelumnya karena ini menyangkut menyangkut gensi keluarga marapulai itu sendiri. Secara teori tradisi bajapuik ini mengandung makna saling menghargai antara pihak perempuan dengan pihak laki-laki. Ketika laki-laki dihargai dalam bentuk uang japuik, maka sebaliknya pihak perempuan dihargai dengan uang atau emas yang dilebihkan nilainya dari uang japuik atau dinamakan dengan agiah jalang. Kabarnya, dahulu kala, pihak laki-laki akan merasa malu kepada pihak perempuan jika nilai agiah jalangnya lebih rendah dari pada nilai uang japuik yang telah mereka terima, tapi sekarang yang terjadi malah sebaliknya. Bahkan dalam perkembangnya muncul pula istilah yang disebut dengan uang hilang. Uang hilang ini merupakan pemberian dalam bentuk uang atau barang oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki, yang sepenuhnya milik laki-laki yang tidak dapat dikembalikan. Fakta dilapangan mencatat bahwasanya perbedaan antara uang japuik dan uang hilang semakin samar, sehingga masyarakat hanya mengenal uang hilang dalam tradisi masing-masing UANG JEMPUTAN & UANG HILANG?Umumnya masyarakat yang awam tentang kedua istilah ini menyamakan saja antara Uang Jemputan dengan Uang Hilang. Padahal tidak semua orang Pariaman mengerti tentang masalah ini. Pada awalnya uang jemputan ini berlaku bagi calon menantu yang hanya bergelar Sutan, Bagindo dan Sidi dimana ketiga gelar ini diwariskan menurut nasab atau garis keturunan ayah. Dengan demikian di Pariaman berlaku 2 macam gelar, yaitu gelar dari ayah gelar dari mamak paman Hanya saja gelar dari Mamak, terpakai adalah gelar Datuak dan gelar Malin saja, misalnya dapat kita contohkan pada seorang tokoh minang yang berasal dari Pariaman, yaitu Bapak Harun Zein Mantan Mentri Agraria dan Gubernur Sumbar. Beliau mendapat gelar Sidi dari ayahnya dan mendapat gelar Datuak Sinaro dari Ninik Mamaknya. Sehingga lengkaplah nama beliau berikut gelarnya Prof. Drs. Sidi Harun Alrasyid Zein Datuak Sinaro dari persukuan Piliang. Lantas siapakah mereka pemegang gelar yang 3 itu? Gelar Sutan dipakaikan kepada mereka yang bernasab kepada petinggi atau bangsawan Istano Pagaruyuang yang ditugaskan sebagai wakil raja di Rantau Pasisia Piaman Laweh. konsep luhak Bapanghulu - Rantau barajo, seperti - Rajo Nan Tongga di Kampuang Gadang Pariaman, - Rajo Rangkayo Basa 2×11 6 Lingkuang di Pakandangan, - Rajo Sutan Sailan VII Koto Sungai Sariak di Ampalu, - Rajo Rangkayo Ganto Suaro Kampuang Dalam, - Rajo Tiku di Tiku dll Gelar Bagindo dipakaikan kepada mereka yang bernasab kepada para Petinggi Aceh yang bertugas didaerah Pariaman. Ingatlah bahwa wilayah Pariaman & Tiku pernah dikuasai oleh kerajaan Aceh dizaman kejayaan Sultan Iskandar Muda. Gelar Sidi diberikan kepada mereka2 yang bernasab kepada kaum ulama syayyid, yaitu penyebar agama Islam didaerah Pariaman. Kesimpulannya uang jemputan tidak sama dengan uang hilang. Uang jemputan memiliki kewajiban dari keluarga marapulai untuk mengembalikan kepada anak daro dalam bentuk perhiasan atau pemberian lainnya pada saat dilangsungkan acara Manjalan Karumah yang wajar bila ada kekhawatiran kaum ibu orang Pariaman, jika anak lelakinya yang diharapkan akan menjadi tulang punggung keluarga ibunya kemudian setelah menikah lupa dengan NASIB DAN PARASAIAN ibu dan adik-adiknya. Banyak kasus yang terdengar walau tidak tercatat ketika telah menjadi orang Sumando dikeluarga isterinya telah lalai untuk tetap berbakti kepada orang tua dan saudara kandungnya. Ketika sang Bunda masih belum puas menikmati rezeki yang diperoleh anak lelakinya itu menjadikan para kaum ibu di Pariaman keberatan melepas anak lelakinya segera menikah. Dikawatirkan bila anak lelakinya itu cepat menikah, maka pupus harapannya menikmati hasil jerih payahnya dalam membesarkan anak lelakinya itu. Lagi pula para kaum ibu itupun sadar bahwa tanggung jawab anak lelakinya yang sudah menikah, akan beralih kepada isteri dan anaknya. MOHON MAAFJIKA ADA YANG SALAH, BOLEH KITA KOREKSI JIKA ADA YANG KURANG, BOLEH KITA TAMBAHKAN I N D A H N Y A I N D O N E S I A K U Quote Spoiler for Silahkan dagangan ane klik yang dibawah gan... Happy Life Original by Jungong Price 1 set = 10 set = 100 set = 300 set = + Spanduk 10-07-2013 0301 KBRNPadang; Komandan Lanud Sutan Sjahrir Kolonel Pnb M.R.Y. Fahlefie, S.Sos,psc., hadiri acara Audensi Bank Syariah Indonesia bertempat di crew room Lanud Sutan Sjahrir, Jum'at (28/5/2021). Komandan Lanud Sutan Sjahrir dalam acara tersebut mengatakan, selamat datang kepada tim Bank Syariah Indonesia, Sumatra Barat terdiri atas etnis Minangkabau, Melayu, dan Mentawai, Tanjung Kato, Panyali, Caniago, Sikumbang, dan Gusci. Masyarakat Sumatra Barat mengenal nama marga, gelar adat dan gelar kebangsawanan. Nama marga di masyarakat Sumatra Barat tidak sebanyak nama marga yang terdapat di Sumtra Utara. Fokus penelusuran nama marga, gelar adat dan gelar kebangsawanan pada etnis Minangkabau. Sistem pemerintahan Minangkabau disebut “Lareh” yang artinya sistem pemerintahan menurut adat. Di Minangkabau dikenal 2 dua kelarasan yakni 1 Kelarasan Koto Piliang; 2 Kelarasan Bodi Chaniago. Dalam adat Minangkabau pemerintahannya disebut otokratis, yaitu pemerintahan yang dikuasai oleh penguasa tunggal yang disebut panghulu Pucuak dibantu panghulu Andiko yang langsung memiliki gelar adat Datuk. Gelar Datuk dalam tradisi Minangkabau bergantung pada masing-masing suku, berdasarkan status sosial penyandang gelar tersebut. Gelar dapat digunakan untuk gelar adat juga gelar kebangsawanan. Gelar-gelar bangsawan di Minangkabau juga ada yang memakai Marah, seperti Marah Rusli, penulis novel Siti Nurbaya yang terkenal. Selain Gelar Marah, yang berlaku di kota Padang, di pesisir barat minangkabau, yaitu Pariaman juga memakai gelar yang berasal dari Aceh. Gelar itu ialah Syaid bagi keturunan Ulama sebagaimana yang dikenal dengan Siddi. Baginda bagi keturunan pembesar Aceh yang dikenal Bagindo. Sultan yang dikenal dengan Sutan. 22 Marga/fam Marga etnis Sumatra Barat menggunakan nama marga atau fam yang diambil dari nama tempat dan suku. Marga yang ada di Sumatra Barat anatar lain a. Chaniago b. Koto c. Malayu d. Piliang e. Sikumbang f. Tanjuang Gelar adat Sebutan gelar adat pada masyarakat Sumatra Barat disebut Datuk. Gelar ini disandang oleh orang yang menguasai pemerintahan atau wilayah tertentu. Gelar adat tersebut berbeda antara etnis yang satu dengan etnis lainnya. Untuk wilayah Bukittinggi gelar adat merupakan gelar yang diberikan kepada ninik mamak sesepuh dan sebutannya berbeda di setiap Jorong dusun. Gelar adat tersebut adalah a. Gelar di Jorong Tiga Boleh 1 Dt. Asa Dahulu 2 Dt. Balai Banyak 3 Dt. Bandaro 4 Dt. Baranam 5 Dt. Dunia Basa 6 Dt. Gamuak 7 Dt. Indo Kayo Labiah 8 Dt. Kapalo Koto 9 Dt. Maleka 10 Dt. Mangkudun 11 Dt. Mangulak Basa 12 Dt. Mantiko Basa 13 Dt. Manuhun 14 Dt. Nan Adua 15 Dt. Pado Batuah 16 Dt. Panduko Sati 17 Dt. Pangulu Sati 18 Dt. Putiah 19 Dt. Rajo Malenggang 20 Dt. Rajo Pangulu 21 Dt. Rajo Sakampuang 22 Dt. Rangkayo Basa 23 Dt. Rangkayo Tuo 24 Dt. Salubuak\ 25 Dt. Samiak 26 Dt. Sampono Tuo 27 Dt. Sari Basa 28 Dt. Sinaro 29 Dt. Sutan Nagari 23 b. Gelar di Jorong Koto Selatan 1 Dt. Aka Basa 2 Dt. Bagindo Basa 3 Dt. Bagindo Sati 4 Dt. Basa 5 Dt. Batuah 6 Dt. Ganuang Kayo 7 Dt. Garang 8 Dt. Gunuang Basa 9 Dt. Kampuang Basa Nan Hitam 10 Dt. Kampuang Basa Nan Putiah 11 Dt. Kampuang Dalam 12 Dt. Kuniang 13 Dt. Labuah Basa 14 Dt. Lakuang Basa 15 Dt. Mahukun 16 Dt. Majo Nan Basa 17 Dt. Malano Basa 18 Dt. Malenggang Basa 19 Dt. Mangkuto Kayo 20 Dt. Mata Indo 21 Dt. Nagari Basa 22 Dt. Nan Buliah 23 Dt. Nan Gamuak 24 Dt. Nan Rambai 25 Dt. Panduko Rajo 26 Dt. Pangulu Basa 27 Dt. Pucuak 28 Dt. Rajo Malano 29 Dt. Rajo Mulia 30 Dt. Rangkayo Basa 31 Dt. Rumah Panjang 32 Dt. Sampono Kayo 33 Dt. Sampono Marajo 34 Dt. Tanjung Basa 35 Dt. Tumamad 36 Dt. Tunaro 37 Dt. Tungkek Ameh 38 Dt. Yang Basa 39 Dt. Yang Panjang 40 Dt. Yang Pituan c. Gelar di Jorong Mandiangin 1 Dt. Asa Basa 2 Dt. Badia Gadang 3 Dt. Bagindo 4 Dt. Basa 5 Dt. Baudunga 6 Dt. Berbangso 7 Dt. Dado Outiah 8 Dt. Diateh 9 Dt. Dt. Palito Basa 10 Dt. Garang 11 Dt. Guno Basa 12 Dt. Gunuang kayo 13 Dt. Majo Basa 14 Dt. Majo Labiah 15 Dt. Malako Basa 16 Dt. Malako Kayo 24 17 Dt. Mangkudun 18 Dt. Mantari Basa 19 Dt. Nan Adia 20 Dt. Nan Aluih 21 Dt. Nan Basa 22 Dt. Nan Lawen 23 Dt. Nan Rambai 24 Dt. Nan Rayau 25 Dt. Nan Sabang 26 Dt. Palang Gagah 27 Dt. Pandak 28 Dt. Pandam Basa 29 Dt. Panduko Basa 30 Dt. Rajo 31 Dt. Rajo Basa 32 Dt. Rajo Dilangik 33 Dt. Rangkayo Basa 34 Dt. Sakampuang 35 Dt. Salubuak Agam 36 Dt. Sampono Basa 37 Dt. Sampono Labiah 38 Dt. Sampono Sati 39 Dt. Sati 40 Dt. Tacetak 41 Dt. Tahanan Basa 42 Dt. Tan Mangedan 43 Dt. Tinggi 44 Dt. Yang Sati 45 Tan Marajo d. Gelar di Jorong Guguak Panjang 1 Dt. Alam Basa 2 Dt. Baro Sati 3 Dt. Basudu 4 Dt. Batujuah 5 Dt. Bungsu 6 Dt. Dikoto 7 Dt. Kayo 8 Dt. Kuniang 9 Dt. Lelo Ameh 10 Dt. Lelo Rajo 11 Dt. Lenggang Basa 12 Dt. Majo Indo 13 Dt. Majo Sati 14 Dt. Maleko 15 Dt. Malenggang Basa 16 Dt. Mangkudun 17 Dt. Marajo 18 Dt. Maruhun 19 Dt. Mudo 20 Dt. Nagari Labiah 21 Dt. Pado Basa 22 Dt. Palimo Bajau 23 Dt. Panduko Kayo 24 Dt. Pangulu Basa 25 Dt. Rajo Endah 26 Dt. Rajo Mantari 27 Dt. Rangkayo Batuah 28 Dt. Saidi 25 29 Dt. Saribu 30 Dt. Subaliak Langik 31 Dt. Tan Magindo 32 Dt. Tanah Basa 33 Dt. Tumangguang 34 Dt. Tumbaliak 35 Dt. Tunaro e. Gelar di Jorong Aur Birugo 1 Dt. Bagindo Kali 2 Dt. Basa 3 Dt. Basa Nan Balimo 4 Dt. Batudung Putih 5 Dt. Gunuang Basa 6 Dt. Kampuang Dalam 7 Dt. Majo Basa 8 Dt. Majo Nan Sati 9 Dt. Malayau Basa 10 Dt. Mangkuto Basa 11 Dt. Maninjun 12 Dt. Nan Angek 13 Dt. Pado Api 14 Dt. Palimo 15 Dt. Palimo 16 Dt. Panduko Alam 17 Dt. Panduko Majo Lelo 18 Dt. Panduko Sati 19 Dt. Pangeran 20 Dt. Panjang Lidah 21 Dt. Raja 22 Dt. Rajo Api 23 Dt. Rajo Malintang 24 Dt. Rajo Nan Basa 25 Dt. Rangkayo Basa 26 Dt. Rangkayo Labiah 27 Dt. Sanguik Ameh 28 Dt. Sarumpun Basa 29 Dt. Simajo Nan Panjang 30 Dt. Tan Ameh 31 Dt. Tan Kabasan 32 Dt. Tan Kabasan 33 Dt. Tan Mangedan 34 Dt. Tumanggung Nan Putiah f. Gelar adat kehormatan masyarakat di Kota Padang 1 Puan Puti Ambun Suri Ibu Ani Yudhoyono 2 Puti Reno Ameh Istrinya Gusti Muhammad Hatta 3 Puti Reno Anggun Suri Hj. Nanik Kadaryani 4 Puti Reno Nilam Megawati Soekarnoputri 5 Sutan Sampono Batuah Gusti Muhammad Hatta - Menristek 6 Tungke Ameh Ben Kasyafani 26 7 Yang Dipatuan Maharajo Alam Sati Sri Sultan HB 12 8 Yang Dipertuan Maharajo Pamuncak Sari Alam Susilo Bambang Yudhoyono 9 Yang Dipatuan Rajo Maulana Pagar Alam Syamsul Ma'arif - BNPB 10 Yang Dipertuan Temenggung Diraja Haroen Al Rasyid Zain Datuak Sinaro Gubernur Sumbar dan Emil Salim mantan Menteri Lingkungan Hidup Gelar kebangsawanan Gelar kebangsawana diberikan kepada penguasa atau raja pada masa lampau. Gelar kebangsawan yang ada pada masyarakat Sumatra Barat adalah 1 Datuk Ali Basa 2 Datuk Ampiang Basi 3 Datuk Ampo Majolelo 4 Datuk Bagindo Basa 5 Datuk Bagindo Kayo 6 Datuk Bagindo Marajo 7 Datuk Bagindo Sati 8 Datuk Bagindo Sutan 9 Datuk Bandaro 10 Datuk Bandaro 11 Datuk Bandaro Hitam 12 Datuk Bandaro Kampuang 13 Datuk Bandaro Kayo 14 Datuk Bandaro Panai 15 Datuk Bandaro Panjang 16 Datuk Bandaro Putih 17 Datuk Bandaro Rajo 18 Datuk Bandaro Rajo Lelo 19 Datuk Bandaro Sati 20 Datuk Bandaron Putiah 21 Datuk Baruak Pajaguang 22 Datuk Basa 23 Datuk Batuah 24 Datuk Biawak Kasek 25 Datuk Bijo 26 Datuk Bijo Sati Dirajo 27 Datuk Gadang 28 Datuk Gadang Basa Batuah 29 Datuk Gamuak 30 Datuk Gamuyang 31 Datuk Garagasi 32 Datuk Gindo Nan Itam 33 Datuk Harimau Campo 34 Datuk Harimau Lapa 35 Datuk Indo Alam 36 Datuk Indo Jati 37 Datuk Indo Kayo 38 Datuk Indomo 39 Datuk Jang Kayo 40 Datuk Kali Bandaro 41 Datuk Katumanggunan 42 Datuk Kayo 43 Datuk Lenggang Saripado 44 Datuk Lenggang Sutan 27 45 Datuk Lubuak Kayo 46 Datuk Maharajo Nan Sati 47 Datuk Majo Basa 48 Datuk Majo Indo 49 Datuk Majolelo 50 Datuk Makhudum 51 Datuk Malakewi 52 Datuk Malako 53 Datuk Malakomo/Pakomo 54 Datuk Malelo 55 Datuk Malintang Bumi 56 Datuk Mandaro Kayo 57 Datuk Mandaro Mudo 58 Datuk Mandaro Sati 59 Datuk Mangguang 60 Datuk Mangkudun Sati 61 Datuk Mangkuto 62 Datuk Mangkuto Kayo 63 Datuk Mangkuto Marajo 64 Datuk Mangkuto Sati 65 Datuk Manti Tuo 66 Datuk Marajo nan Bamego- mego 67 Datuk Maruhum Basa 68 Datuk Maruntun Manau 69 Datuk Muajo 70 Datuk Muaro Panjang 71 Datuk Mudo Nan Kuniang 72 Datuk Muncak 73 Datuk Nangkodoh Rajo 74 Datuk Paduko Alam 75 Datuk Palajang Bukuk 76 Datuk Palawan 77 Datuk Pamuncak 78 Datuk Pamuncak Alam 79 Datuk Panduko Kayo 80 Datuk Panghulu Bangso 81 Datuk Panghulu Dirajo 82 Datuk Panghulu Sati 83 Datuk Parpatih nan Sabatang 84 Datuk Penghulu Bandaro Guno 85 Datuk Penghulu Basa 86 Datuk Penghulu Bungsu 87 Datuk Pono Kayo 88 Datuk Rajo Adie 89 Datuk Rajo Alam 90 Datuk Rajo Ameh 91 Datuk Rajo Angso 92 Datuk Rajo Bagak 93 Datuk Rajo Bandaro 94 Datuk Rajo Batuah 95 Datuk Rajo Dilie 96 Datuk Rajo Endah 97 Datuk Rajo Gamuak 98 Datuk Rajo Gamuyang 99 Datuk Rajo Indo 100 Datuk Rajo Indo Alam 101 Datuk Rajo Indo Piliang 102 Datuk Rajo Intan 103 Datuk Rajo Kuaso 104 Datuk Rajo Langik 105 Datuk Rajo Lelo 28 106 Datuk Rajo Lelo Penghulu 107 Datuk Rajo Lenggang 108 Datuk Rajo Magek 109 Datuk Rajo Malano 110 Datuk Rajo Mangkuto 111 Datuk Rajo Mansue 112 Datuk Rajo Mole 113 Datuk Rajo Nan Gadang 114 Datuk Rajo Nan Putiah 115 Datuk Rajo Nan Sati 116 Datuk Rajo Panghulu 117 Datuk Rajo Pituan 118 Datuk Rajo Sampono 119 Datuk Rajo Sulaiman 120 Datuk Rangkayo Basa 121 Datuk Rangkayo Batuah 122 Datuk Rangkayo Matajo 123 Datuk Rangkayo Mulie 124 Datuk Rangkayo Sati 125 Datuk Sakalok Dunia 126 Datuk Salah Cangkuang 127 Datuk Sampono Bumi 128 Datuk Sangguno 129 Datuk Sangguno Dirajo 130 Datuk Sari Basa 131 Datuk Sari Marajo 132 Datuk Saripado 133 Datuk Sati 134 Datuk Siamang Putiah 135 Datuk Sinaro Nan Kuning 136 Datuk Sinaro Sati 137 Datuk Singo Labiah 138 Datuk Sori Marajo 139 Datuk Sridano/Saridano 140 Datuk Suri Dirajo 141 Datuk Sutan Panindih 142 Datuk Talanai Sati 143 Datuk Tamani 144 Datuk Tan Bagindo 145 Datuk Tan Bandaro 146 Datuk Tan Batuah 147 Datuk Tan Dilangit 148 Datuk Tan Kabasaran 149 Datuk Tan Majo Lelo 150 Datuk Tan Malin 151 Datuk Tan Marajo 152 Datuk Tan Talangik 153 Datuk Tanali 154 Datuk Tanaro 155 Datuk Tantejo Garahan 156 Datuk Tianso 29 Gelar selain Datuk Pada masyarakat Sumatra Barat juga mengenal gelar lain selain Datuk yaitu a. Malin b. Manti Marah c. Pandito d. Puti e. Rajo f. Sutan g. Sutan Balun h. Sutan Cadiak i. Sutan Marajo Basa j. Sutan Paduko Basa k. Sutan Pandak l. Tan m. Tuangku
Bukittinggidi Sumatera Barat berupaya mengembangkan tempat wisata yang ada, salah satunya dengan menggelar aneka festival. Strategi Bukittinggi Kembangkan Pariwisata, Gelar Festival. 05/08/2022, 21:07 WIB. Bagikan: Komentar . Lihat Foto Jam Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Dok. Pemkot Bukittinggi)1. Peran Sang Proklamator. a. Ir. Sukarno. Sukarno atau Bung Karno, lahir di Surabaya tanggal 6 Juni 1901. Sudah aktif dalam berbagai pergerakan sejak menjadi mahasiswa di Bandung. Tahun 1927, bersama kawankawannya mendirikan PNI. Oleh karena perjuangannya, ia seringkali keluar-masuk penjara. Kemudian pada zaman Jepang, ia pernah menjadi ketua Putera, Chuo Sangi In dan PPKI, serta pernah menjadi anggota BPUPKI. Begitu tiba di tanah air, dari perjalanannya ke Saigon, Sukarno menyampaikan pidato singkat. Isi pidato itu antara lain, pernyataan bahwa Indonesia sudah merdeka sebelum jagung berbunga. Hal ini semakin membakar semangat rakyat Indonesia. Bersama Moh. Hatta, Sukarno menjadi tokoh sentral yang terus didesak oleh para pemuda agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, sampai akhirnya ia harus diungsikan ke Rengasdengklok. Sepulangnya dari Rengasdengklok ia bersama Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo merumuskan teks proklamasi, dan menuliskannya pada secarik kertas. Sukarno bersama Moh. Hatta diberi kepercayaan untuk menandatangani teks proklamasi tersebut. Tanggal 17 Agustus 1945, peranan Sukarno semakin penting. Secara tidak langsung ia terpilih menjadi tokoh nomor satu di Indonesia. Sukarno dengan didampingi Moh. Hatta, diberi kepercayaan membacakan teks proklamasi sebagai pernyataan Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, Sukarno dikenal sebagai pahlawan proklamator. Sukarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar. b. Drs. Moh. Hatta. Tokoh lain yang sangat penting dalam berbagai peristiwa sekitar proklamasi adalah Drs. Moh. Hatta. la dilahirkan di Bukittinggi tanggal 12 Agustus 1902. Sejak menjadi mahasiswa di luar negeri, ia sudah aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi salah seorang pemimpin dan ketua Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Setelah di tanah air, ia aktif di PNI bersama Bung Karno. Setelah PNI dibubarkan, Hatta aktif di PNI Baru. Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi salah seorang pemimpin PUTERA, menjadi anggota BPUPKI dan wakil ketua PPKI. Saat menjabat sebagai wakil PPKI, Moh. Hatta dan Sukarno menjadi dwi tunggal yang sulit dipisahkan. Bersama Bung Karno, ia juga pergi menghadap Terauchi di Saigon. Setelah pulang, menjadi salah satu tokoh sentral yang terus didesak para pemuda agar bersama Sukarno bersedia menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya. Moh. Hatta melibatkan diri secara langsung dan ikut andil dalam perumusan teks proklamasi. la juga ikut menandatangani teks proklamasi. Pada peristiwa detik-detik proklamasi, Moh. Hatta tampil sebagai tokoh nomor dua dan mendampingi Bung Karno dalam pembacaan teks Proklamasi KemerdekaanIndonesia. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai pahlawan proklamator. la wafat pada tanggal 14 Maret 1980, dimakamkan di pemakaman umum Tanah Kusir Jakarta. 2. Peran para Tokoh Sekitar Proklamasi. a. Ahmad Subarjo. “Saya menjamin bahwa tanggal 17 Agustus 1945 akan terjadi proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Kalau Saudara-saudara ragu, nyawa sayalah yang menjadi taruhannya”. Ucapan itu bukan main-main bagi Ahmad Subarjo. Ucapan tersebut berhasil meyakinkan Golongan Muda, bahwa para senior akan melaksanakan proklamasi sesuai dengan desakan para pemuda. Menjadi taruhan untuk peristiwa yang sangat penting menunjukkan bahwa Subarjo tidak menghitung jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia. Kerelaan tokoh untuk mengorbankan diri demi bangsa dan negara adalah salah satu teladan yang perlu selalu kita lakukan. Ahmad Subarjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896. la tutup usia pada bulan Desember 1978. Pada masa pergerakan nasional ia aktif di PI dan PNI. Kemudian pada masa pendudukan Jepang sebagai Kaigun, bekerja pada Kantor Kepala Biro Riset Angkatan Laut Jepang pimpinan Laksamana Maeda. la juga sebagai anggota BPUPKI dan PPKI. Ahmad Subarjo tidak hadir pada saat Bung Karno membacakan teks proklamasi di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta Pusat. Tokoh Ahmad Subarjo boleh dikatakan sebagai tokoh yang mengakhiri peristiwa Rengasdengklok. Sebab dengan jaminan nyawa Ahmad Subarjo, akhirnya Ir. Sukarno, dan rombongan diperbolehkan kembali ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta dini hari, di rumah Maeda dilaksanakan perumusan teks proklamasi, Ahmad Subarjo secara langsung berperan aktif dan memberikan andil pemikiran tentang rumusan teks proklamasi. b. Sukarni Kartodiwiryo. Coba kamu perhatikan gambar Sukarni berikut ini! Tokoh inilah yang sering menjadi perdebatan para pembaca sejarah Indonesia sekitar proklamasi kemerdekaan. Banyak yang mengira tokoh ini perempuan, karena Sukarni lebih banyak digunakan untuk nama perempuan di Jawa Tengah. Sukarni Kartodiwiryo adalah seorang pemuda gagah berani. Ia merupakan salah seorang pimpinan gerakan pemuda di masa proklamasi. Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 4 Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan Jepang, ia bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian Ia aktif di dalam gerakan pemuda. Bahlan ia menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta. Sukarni merupakan pelopor penculikan Sukarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Ia juga tokoh yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. la juga memimpin pertemuan untuk membahas strategi penyebarluasan teks proklamasi dan berita tentang proklamasi. c. Sayuti Melik. Tokoh yang lahir pada tanggal 25 November 1908 di Yogyakarta ini, berperan dalam pencatatan hasil diskusi susunan teks proklamasi. Ia yang mengetik teks proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak muda, Sayuti Melik sudah aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik. Tahun 1942 menjadi pemimpin redaksi surat kabar Sinar Baru Semarang. Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. la telah menyaksikan penyusunan teks proklamasi di ruang makan rumah Maeda. Bahkan akhirnya ia dipercaya untuk mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno. d. Burhanuddin Mohammad Diah. Burhanuddin Mohammad Diah Diah lahir di Kotaraja pada tanggal 7 April 1917. la berbakat di bidang jurnalistik. Sejak tahun 1937 sudah menjadi redaktur berbagai surat kabar. Pada awal pendudukan Jepang, ia bekerja pada radio militer. Pada tahun 1942-1945, ia bekerja sebagai wartawan pada harian Asia Raya. Pada sekitar peristiwa proklamasi, Diah sudah menjadi wartawan yang terkenal. Pada malam sewaktu akan diadakan perumusan teks proklamasi, Diah banyak melakukan kontak dengan pemuda, yaitu untuk datang ke rumah Maeda. la salah seorang pemuda yang ikut menyaksikan perumusan teks proklamasi. Ia juga sangat berperan dalam upaya penyebarluasan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. e. Latif Hendraningrat. Latif Hendraningrat adalah salah seorang komandan Peta. Pada saat pelaksanaan proklamasi, ia merupakan salah satu tokoh yang cukup sibuk. la menjemput beberapa tokoh penting untuk hadir di Pegangsaan Timur No. 56. Misalnya ia harus mencari dan menjemput Moh. Hatta. Pada saat pelaksanaan proklamasi, setelah menyiapkan barisan, ia mempersilakan Sukarno membacakan teks proklamasi. Kemudian, Latief Hendraningrat dengan dibantu S. Suhud mengibarkan Sang Saka Merah Putih, dan yang membantu membawakan bendera Merah Putih adalah SK. Trimurti. f. S. Suhud. S. Suhud adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan mengusahakan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan. Oleh karena gugup dan tegang, tiang yang digunakan adalah sebatang bambu, padahal tidak terlalu jauh dari rumah Sukarno ada tiang bendera dari besi. S. Suhud bersama Latif Hendraningrat adalah pengibar bendera Merah Putih di halaman rumah Sukarno pada saat Proklamasi 17 Agustus 1945. g. Suwiryo. Suwiryo adalah walikota Jakarta Raya waktu itu dan secara tidak langsung menjadi ketua penyelenggara upacara Proklamasi Kemerdekaan. Oleh karena itu, ia sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam upacara tersebut, termasuk pengadaan mikrofon dan pengeras suara. h. dr. Muwardi. Tokoh muda Muwardi, bertugas dalam bidang pengamanan jalannya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah menugaskan anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan di sekitar kediaman Bung Karno. Setelah upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia juga membagi tugas kepada para anggota Barisan Pelopor dan Peta untuk menjaga keamanan Bung Karno dan Moh. Hatta. i. Sutan Syahrir. Tokoh ini pada zaman pendudukan Jepang memilih aktif dalam gerakan bawah tanah bersama beberapa pemuda yang lain. Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 maret 1909. Setelah lulus di HIS SD sekarang , ia melanjutkan ke MULO SMP di Medan. Kemudian ia melanjutkan studi di AMS atau SMA sekarang, di bagian A. di Bandung. Setelah itu, ia aktif dalam berbagai organisasi. Bahkan ia ikut mendirikan Jong Indonesia. Di masa penjajahanBelanda, ia sudah militan dalam pergerakan politik. Ia juga pernah ditangkap pada tahun dipenjarakan di Cipinang, kemudian bersama Drs. Moh. Hatta dibuang ke Digul, kemudian dipindah ke Banda Neira, Selanjutnya dipindah lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Pada masa akhir pendudukan Jepang dan menjelang proklamasi termasuk pemuda yang aktif untuk ikut mendesak Bung Hatta dan Bung Karno agar segera memerdekakan Indonesia, karena ia dapat mendengarkan radio bahwa Jepang telah menyerah. Setelah merdeka, pada awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan Syahrir diangkat sebagai Perdana Menteri RI. j. Frans Sumarto Mendur. Tokoh Frans Sumarto Mendur adalah tokoh wartawan yang ikut membantu pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah mengabadikan berbagai peristiwa penting di sekitar proklamasi. la bergabung dengan kawan-kawan dari Indonesia Press Photo Senice atau Ipphos. k. Syahruddin. Syahruddin adalah seorang wartawan Domei. la dengan berani memasuki halaman gedung siaran RRI. Oleh karena gedung siaran dijaga oleh Jepang, maka terpaksa melalui belakang, yaitu dengan memanjat tembok belakang gedung dari JI. Tanah Abang. Naskah proklamasi kemudian berhasil diserahkan kepada kepala bagian siaran. l. Wuz dan Yusuf Ronodipuro. okoh F. Wuz dan Yusuf Ronodipuro berperan penting dalam penyebarluasan berita proklamasi. Kedua tokoh ini merupakan penyiar-penyiar yang cukup berani dan tidak jarang mendapat ancaman dari pihak Kempetai. m. Lambertus Nicodemus Palar. Lambertus Nicodemus Palar atau lebih dikenal dengan adalah seorang diplomat ulung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui diplomasi. Ia lahir di Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 5 Juni 1900. Pendidikan yang ditempuhnya adalah sekolah MULO di Tondano, kemudian melanjutkan sekolah di Yogyakrta di AMS dan ITB, namun Palar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Ia kemudian meneruskan sekolah di Amsterdam sambil bekerja. Pada tahun 1947, Palar diminta oleh Presiden Sukarno untuk menjadi juru bicara RI di PBB. Pada akhir tahun 1947 dibantu oleh Sudarpo, Soedjatmoko, dan Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI di New York. Sebelum pengakuan kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai peninjau. Kemudian pada tahun 1950 setelah Indonesia mendapat kedaulatan penuh dan Indonesia menjadi anggota PBB ke-60, Palar resmi sebagai perwakilan RI dengan status keanggotaan penuh. n. Sumitro Djojohadikusumo. Begawan ekonomi Indonesia yang idealis ini selalu konsisten terhadap sikapnya yang dianggap benar. Sumitro lahir di Kebumen, Jawa Tengah 29 Mei 1917. Ayahnya Margono adalah pendiri Bank BNI. Setelah menamatkan sekolahnya di Hogere Burger School HBS, ia langsung berangkat ke Belanda. Ia juga pernah belajar di Barcelona dan Rotterdam untuk mempelajari ekonomi. Dalam tempo tiga bulan ia telah berhasil meraih gelar Bachelor of Arts BA. Ia juga pernah sekolah ekonomi di Universitas Sorbonne, Paris. Di Paris Sumitro mulai masuk ke kelompok sosialis. Ia kemudian belajar tentang konsisten pada prinsip hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan sosial. Sumitro kemudian ke Belanda untuk mendapatkan gelar Master of Arts MA. Bersama-sama dengan Palar, Sumitro memperjuangkan RI melalui jalur diplomasi.
Senadadengan Hendry, Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disparpora Bukittinggi, April, mengatakan bahwa pihaknya tengah mempersiapkan sejumlah agenda guna menarik minat wisatawan. Di
Kemerdekaan Indonesia tidak begitu saja terwujud, tentu diwarnai perjuangan hingga pertumpahan darah rakyat Indonesia. Mereka harus menghadapi penangkapan hingga pengasingan di pelosok daerah, bahkan kerap kali dipindahkan dari satu pulau ke pulau lainnya hingga satu daerah yang pernah menjadi tempat pengasingan adalah Banda Neira. Pulau kaya rempah di Provinsi Maluku yang menyimpan keindahan alam bak kepingan surga. Di sini pula terdapat jejak kolonial Belanda dan saksi bisu perjuangan pahlawan Indonesia. Beberapa pahlawan kemerdekaan Indonesia pernah diasingkan di Banda Neira. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini, ya!1. Sutan Syahrirpotret Sutan Syahrir Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Ia berasal dari keluarga terpandang, ayahnya, Mohammad Rasad gelar Maharaja Soetan bin Soetan Leman gelar Soetan Palindih, merupakan penasihat Sultan Deli dan kepala jaksa saat pemerintahan kolonial Belanda. Ibunya, Puti Siti Rabiah, berasal dari Koto Gadang, Agam, Sumatra mengenyam pendidikan setara sekolah dasar di Europeesche Lagere School ELS. Kemudian, masuk Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO , setara dengan SMP. Pada masa inilah, ia mulai banyak membaca buku-buku berbahasa asing terbitan Eropa dan karya sastra dari luar. Selepas menyelesaikan pendidikan di MULO, ia hijrah ke Bandung dan melanjutkan sekolah di Algemeene Middelbare School AMS, sekolah termahal dan terbaik di Bandung kala mengenyam pendidikan di AMS, ia menjadi siswa terbaik dan masih tekun membaca buku-buku terbitan Eropa. Ia mengikuti klub kesenian dan aktif dalam klub debat. Hebatnya lagi, ia mendirikan Tjahja Volksuniversiteit Cahaya Universitas Rakyat untuk anak-anak buta huruf dari keluarga kurang berorganisasi semasa sekolah menjadi salah satu bekalnya untuk menjajaki dunia politik. Ia menjadi penggagas Jong Indonesië Himpunan Pemuda Nasionalis yang berdiri pada 20 Februari 1927. Ia kerap berurusan dengan aparat, karena mengkritik pemerintahan kolonial saat lulus dari AMS, ia kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam, Belanda. Di sana, ia mempelajari teori-teori sosialisme dan cenderung radikal terhadap hal-hal berbau kapitalisme. Di Belanda pula ia menjadi bagian Perhimpunan Indonesia PI yang dipimpin Mohammad Hatta. Keduanya menyerukan pergerakan menuju kemerdekaan memilih berhenti kuliah pada 1931, setelah semangat pergerakan di Indonesia menurun akibat pengawasan ketat oleh kolonial Belanda. Sutan Syahrir bergabung dengan Partai Nasional Indonesia PNI Baru dan menjadi ketua pada PNI Baru di bawah komando Sutan Syahrir dan Bung Hatta dianggap radikal, yang membuat keduanya ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Mereka diasingkan ke Boven Digoel dan diasingkan kembali di Banda Neira, Maluku Tengah selama 6 tahun. "Jangan mati sebelum ke Banda Neira," menjadi kalimat Sutan Syahrir yang dikenang hingga saat Jepang mengakui kekalahan pada sekutu, Sutan Syahrir sempat mendesak Soekarno-Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan, tapi ditolak. Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir menjabat sebagai Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Ia juga dikenal sebagai perancang dari perubahan kabinet presidensil menjadi parlementer di Mohammad Hattapotret Mohammad Hatta Mohammad Hatta bernama asli Muhammad Athar berasal dari keluarga ulama lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, pada 12 Agustus 1902. Ia merupakan Wakil Presiden Indonesia pertama yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia, Menteri Pertahanan, dan Menteri Luar Negeri Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi. Kemudian, ia melanjutkan pendidikan di ELS dan MULO di Padang. Pada 1919, ia pergi ke Batavia untuk melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School. Selama di Batavia, ia tergabung dalam Jong Sumatranen Bond 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda untuk belajar Ilmu Perdagangan dan Bisnis di Nederland Handelshogeschool yang kini bernama Erasmus Universiteit. Di sana, ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia dan tinggal sekitar 11 Bung Hatta dari Belanda, ia menolak masuk kalangan Sosialis Merdeka dan dituduh kurang konsisten. Pada 1934, Ia diasingkan ke Boven Digul bersama Sutan Syahrir selama setahun. Kemudian, dipindahkan ke Banda Neira, lalu ke Sukabumi. Baca Juga 5 Fakta Banda Neira, Nyaris Ditukar dengan Manhattan, New York! 3. Cipto Mangunkusumopotret Cipto Mangunkusumo Mangunkusumo lahir pada 4 Maret 1886 di Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ia merupakan putra sulung Mangunkusumo, priayi yang merakyat di tanah Jawa. Ia lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen Stovia, sekolah kedokteran di Batavia sekarang Jakarta. Pada 1905, ia menjadi dokter pemerintah. Kemudian, ia ditugaskan ke Demak dan kerap menolong rakyat miskin dan mendapat julukan “dokter rakyat”. Cipto Mangunkusumo berjasa memberantas penyakit pes di Malang, Jawa Timur pada melebarkan sayap ke pergerakan politik untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Cipto Mangunkusumo bersama Douwes Dekker dan Soewandi Soerjaningrat mendirikan Indische Partij. Kemudian, mereka dikenal sebagai tiga partai tersebut tidak berjalan lama, lalu mendirikan Komite Bumiputera. Bumiputera menuliskan artikel-artikel yang mengajak rakyat Indonesia tidak perlu ikut merayakan kemerdekaan Belanda. Cipto Mangunkusumo menjadi anggota Volksraad yang dibangun Belanda pada 1918. Ia menyadari bahwa lembaga tersebut hanya mempertahankan kejayaan Belanda. Sehingga, Belanda mendapat banyak diasingkan ke Bandung pada 1920 dan bertemu dengan anak-anak muda revolusioner. Pada 1927, Cipto Mangunkusumo diasingkan ke Banda Neira, karena dituduh ikut serta dalam pemberontakan. Selama 13 tahun hidup di Banda Neira, ia lalu dipindahkan ke Makassar dan selanjutnya ke Sukabumi. 4. Iwa Kusumasumantripotret Iwa Kusumasumantri of Information of IndonesiaIwa Kusumasumantri merupakan putra sulung Raden Wiramantri, Kepala Sekolah Rendah di Ciamis. Ia lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada 30 Mei mengenyam pendidikan di Eerste Klasse School Sekolah Kelas Satu Ciamis, sekolah khusus pribumi dari kalangan orang berada dengan penghasilan tertentu. Kemudian, ia meneruskan ke Hollandsch Inlandsche School HIS, sekolah dasar berpengantar bahasa 1915, Iwa Kusumasumantri melanjutkan sekolah di Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren OSVIA di Bandung. Karena tidak sesuai hati nuraninya, di keluar dari OSVIA dan masuk ke Recht School, Sekolah Menengah Hukum di aktif di organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang kemudian berganti nama Jong Java. Ia bekerja di kantor Pengadilan Negeri Bandung. Kemudian dipindah ke Pengadilan Tinggi Raad van Justitie di Surabaya. Baru dua bulan, ia meminta pindah ke Jakarta untuk dapat belajar di Kusumasumantri melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum, Universitas Leiden, Belanda, menggunakan biaya sendiri. Selama kuliah, ia aktif dalam pergerakan nasional melalui organisasi mahasiswa Indonesia di Kusumasumantri kembali ke tanah air setelah pemberontakan PKI pada 1926-1927. Ia menjadi anggota PNI dan sebagai pengacara di Jakarta bersama Mr. Sartono. Ia juga menjadi pemimpin surat kabar di Medan bernama Mata Hari yang progresif revolusioner dalam politik dianggap membahayakan pemerintah kolonial Belanda. Pada 1929, ia ditangkap dan dipenjara di Medan selama setahun. Kemudian, dipindah ke Glodok dan Struis-Wyck di Kusumasumantri bersama keluarganya diasingkan ke Banda Neira. Selama pengasingan, ia menulis buku masih berupa naskah berjudul Nabi Muhammad dan Empat Khalifah. Hal ini merupakan bukti jiwa das sikap 1941, ia dipindah ke Makassar dan sempat menjadi Kepala Pengadilan Makassar. Tidak berselang lama, ia beserta keluarga kembali ke Jawa. Iwa Kusumasumantri menjadi Menteri Sosial dan Perburuhan pada Kabinet Republik Indonesia Pertama. Selama masa pengasingan, keempat tokoh tersebut mendirikan sekolah untuk anak-anak Banda Neira. Hal tersebut juga sebagai bentuk perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Kegiatan belajar mengajar berangsung di salah satu rumah pengasingan yang masih bisa kamu jumpai saat ini. Baca Juga 4 Rumah Pengasingan di Banda Neira, Saksi Sejarah Indonesia IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
.