Kaloyang sekarang bukan lagi tempat yang panas panasan tapi tempat yang super dingin.. dimana hayo? yap bener gunung ! nah lia melakukan perjalanan ke gunung lawu tanggal 27 sampe tanggal 31 maret 2013. perjalanan ini diikuti oleh 10 orang dengan 9 lelaki dan 1 wanita yaitu gue. Gunung Lawu memang cukup menjadi incaran bagi para pendaki bahwasanya gunung ini adalah satu-satunya uang memiliki warung di puncak kala dulu tapi sekarang sudah banyak sih namun warung mbok yem sampai sekarang masih melegenda. Kali ini akan memberikan kabar baik buat kamu para pendaki yang berasal dari Jakarta khususnya bahwa kamu sekarang bisa ke Lawu dengan mudah dengan menggunakan bus. Baca Juga 5 Jalur Pendakian Gunung Merbabu, Jalur Favorit Kamu Yang Mana Trasnportasi menuju gunung lawu dari Jakarta sekarang memang mudah kamu bisa menggunakan bus Sudiro Tungga Jaya atau disebut STJ yang berpusat di Maospati . Bus satu ini melayani rute Ponorogo – Jakarta, Jakarta -Ponorogo dengan jalur lewat jalan tembus sarangan dan pastinya jika kamu naik bus ini bisa turun di pos cemoro kandang dan cemoro sewu. Harga tiket bus sudiro tungga jaya dari Jakarta berkisar 200k – 375k sekali jalan , pemberhentian terakhir adalah kota reog alias Ponorogo yang memiliki wisata unggulan Telaga Ngebel sebelas dua belas sama Telaga Sarangan yang ada di lereng gunung lawu. Jadi buat kamu yang ingin melakukan pendakian ke gunung lawu khususnya yang berada dari Barat bisa naik bus Sudiro Tungga Jaya lebih praktis karena langsung turun didepan bascame pendakian gunung lawu. Kegunung merbabu yuk !! Lokasinya sendiri berada di desa genting, kecamatan selo, kabupaten boyolali, jawa tengah. Gunung ini juga merupakan gunung favorit pendaki gunung di indonesia. Serta membayar biaya retrubusi senilai rp. Tiba kembali di jakarta kamis, 18 agustus 2016 pukul 03.00 pagi. Gunung Lawu yang berdiri diatas dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan salah satu gunung favorit bagi pendaki di Pulau Jawa. Bagi saya sendiri Gunung Lawu menyimpan cerita yang berkesan, sebab di gunung inilah saya memulai debut pendakian pada tahun 2011. Dan dari pendakian itulah saya ketagihan untuk kembali mendaki gunung. Tulisan kali ini akan membahas bagaimana cara menuju Gunung Lawu. Namun karena saya domisilinya di Jakarta, maka yang akan dibahas hanya dari arah Jakarta aja ya. Banyak jalur yang bisa digunakan untuk mengantarkan kita hingga ke puncak Gunung Lawu namun yang paling populer dan ramai dipilih oleh para pendaki adalah Jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan Jalur Cemoro Kandang di Kabupaten Karanganyar, Jawa Meski kedua jalur ini berada di dua provinsi yang berbeda, namun jarak antara keduanya hanya sekitar 800 meter saja. Kedua jalur ini lokasinya berada di pinggir jalan Karanganyar – Magetan jadi mudah sekali untuk sampai kesana, selain itu moda transportasi yang melayani ke tempat ini juga cukup ramai. Baiklah, saatnya kita ke point intinya. Simak terus ya. Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang dengan Naik Bus Naik Bus Menuju Tawangmangu Terminal terdekat dari Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang adalah Terminal Tawang Mangu. Jarak antara keduanya hanya sekitar 10 kilometer. Jadi tujuan pertama kita adalah Tawangmangu. Dari Jakarta menuju Tawangmangu kita bisa menggunakan bus. Banyak perusahaan otobus yang melayani rute Jakarta Tawangmangu diantaranya adalah Sudiro Tungga Jaya dan Agra Mas. Untuk ongkosnya sendiri mulai dari Rp 200 ribuan. Harga ini sudah termasuk fasilitas service makan satu kali Dari Jakarta, kita bisa memulai perjalanan dari Terminal Pondok Pinang, Jakarta Selatan atau terminal manapun di Jakarta yang dekat dengan wilayah anda. Jika naik dari Terminal Pondok Pinang, jadwal keberangkatan bus ada yang pagi yakni jam dan keberangkata sore mulai dari jam Dari Terminal Pondok Pinang, bus akan masuk ke tol JORR, kemudian keluar sebentar di Pasar Rebo untuk kembali menaikan penumpang. Setelah itu bus kembali masuk ke tol, keluar lagi untuk service makan di Rumah Makan Raos Eco. Setelah itu masuk tol lagi dan keluar kembali di Solo dan langsung arah Tawangmangu. Perjalanan ini akan memakan waktu selama 10 jam Naik L300 Menuju Basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang Setibanya di Terminal Tawangmangu, selanjutnya adalah naik angkutan lokal yang menggunaan armada Mitsubishi L300. Bentuk semacam angkot, namun badannya lebih besar. Kita bisa naik L300 untuk menuju basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Tarif untuk naik angkutan lokal ini adalah Rp sampai Rp tergantung jumlah penumpang. Semakin ramai tentu semakin murah. Angkutan lokal ini tersedia setiap saat, lokasi mangkalnya di sekitar Pasar Tawangmangu. Namun jika sudah malam hari, mungkin harga yang ditawarkan lebih mahal karena sudah lewat jam operasionalnya. Naik Bus jurusan Jakarta – Ponorogo via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang Opsi lainnya adalah anda juga naik Bus Sudiro Tungga Jaya tujuan Jakarta – Madiun Ponorogo. Sebab bus ini selepas Solo akan bergerak ke arah Tawangmangu dan melintasi Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Jadi sekali naik langsung sampai. Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang naik Kereta Menuju Solo Stasiun terdekat dari basecamp Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang adalah Stasiun Solo. Entah itu Solo Balapan, Solo Jebres atau Purwosari. Pokoknya Solo deh. Dari stasiun, perjalanan dilanjutkan menuju Terminal Tirtonadi. Kalau dari Stasiun Solo Balapan kita bisa menggunakan Lorong skybridge yang menghubungkan antara Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi. Jembatan gantung ini telah aktif pada juni 2017 lalu, panjangya sekitar 650an meter. Kalau dari Stasiun Solo Purwosari, kita bisa menggunakan bus yang mengarah ke Terminal Tirtonadi atau bisa juga menggunakan layanan taksi online. Naik Bus Menuju Terminal Tawangmangu Setelah tiba di Terminal Tirtonadi selanjutnya adalah naik bus menuju Tawangmangu. Ada dua perusahaan otobus yang melayani rute ini yaotu Rukun Sayur dan Langsung Jaya. Tarif bus adalah Rp hingga Rp Bus jurusan Terminal Tirtonadi – Tawangmangu biasanya beroperasi hingga maghrib. Jadi sebaiknya kita tiba di Terminal Tirtonadi sebelum sore hari supaya tidak kehabisan bus yang ke arah Tawangmangu. Naik L300 Menuju Basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang dengan Carter Ini adalah cara yang paling mudah dan ga pakai ribet. Soalnya tinggal menunggu di lokasi penjemputan yang telah ditentukan, maka anda akan diantar menuju ke basecampa Gunung Lawu yang anda inginkan. Asiknya kalau naik ini yaitu gak repot gonta – ganti kendaraan karena langsung sampai ke basecamp. Begitu turun, bisa langsung lanjut mendaki. Saat ini banyak penyedia jasa antar jemput pendaki seperti Carter Pendaki. Harganya mulai dari Rp per orangnya. Opsi ini cocok bagi anda yang berangkatnya ramai – ramai bersama teman – teman. Karena memang untuk menggunakan jasa ini ada minimal jumlah pesertanya supaya masuk harganya. Oh iya, walaupun cara ini begitu praktis. Namun anda harus perhatikan seksama syarat dan kondisi yang berlaku. Seperti waktu penjemputan saat turun dari pendakian. Karena biasanya penyedia jasa Carter Pendaki ini memberlakukan batasan jam penjemputan. Misalnya saat turun dari Gunung Lawu, waktu maksimal penjemputan adalah jam 5 sore. Jika anda turun melewati jam tersebut maka akan ada penalti yang dihitung per jamnya. Cara Menuju Gunung Lawu dengan Open Trip Atau ikut open trip aja. Sekarang banyak banget yang membuka jasa open trip pendakian Gunung Lawu dengan meeting point dari Jakarta. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 600 ribuan. Mungkin ada juga yang menyediakan Open Trip Gunung Lawu dengan harga dibawah itu. Biasanya harga yang ditawarkan oleh penyedia Open Trip Gunung Lawu ini sudah termasuk transportasi dari meeting point ke basecamp, tiket masuk untuk pendakian, makan selama di gunung, tenda, alat masak dan makan, porter, sweeper dan team leader. Cara Menuju Gunung Lawu dengan Naik Pesawat Mungkin ini bisa jadi pilihan bagi yang punya banyak uang alias kaum sultan. Bandara terdekatnya yaitu Bandara Adi Soemarmo, Solo. Jarak dari bandara tersebut ke basecamp Gunung Lawu sekitar 64 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. Dari Bandara Adi Soemarmo menuju basecamp Gunung Lawu, anda bisa menggunakan jasa carter atau sewa mobil. Tarifnya mulai dari Rp 450 ribu sekali jalan. Anda kan sultan, masa habis turun dari pesawat dilanjutkan ngeteng ke basecamp, hehe.. Itulah berbagai Cara Menuju Gunung Lawu dari Jakarta. Anda mau pilih yang mana? Silahkan pilih sesuai dengan keinginan anda dan tentu saja sesuaikan dengan isi kantong anda. Hehe.. GunungLawu disebut-sebut sebagai pusat kegiatan spiritual di Tanah jawa, yang bertalian erat dengan budaya dan tradisi Keraton Yogyakarta. Tak heran, setiap orang yang hendak melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu harus memahami dan mematuhi segala larangan. Jika melanggar, maka orang tersebut diyakini akan celaka saat mendaki Gunung Lawu.
Hits 1 admin Komunitas Backpacker Jakarta adalah sebuah komunitas Travelling yang didirikan pada 5 April 2013 dan berpusat di Jakarta dan sekitaranya Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Depok. Instagram backpackerjakarta Tiktok backpackerjakarta Twitter official_bpj Facebook backpackerjakarta Group Wa 081237395539
PesonaIndonesia (Pendakian Gunung dan Backpacking) Jumat, 19 Agustus 2016 Pendakian Merbabu Merapi Lawu dari Jakarta Sekali Jalan Catper (Catatan Perjalanan) Tujuan : Gunung Merbabu, Merapi, dan Lawu Berangkat dari Jakarta Kamis, 11 Agustus 2016 pukul 15.00 sore. Tiba Kembali di Jakarta Kamis, 18 Agustus 2016 pukul 03.00 pagi.
– Gunung Lawu di Jawa Tengah cukup digemari para pendaki dari berbagai daerah. Transportasi ke Gunung Lawu dari Jakarta pun tak terlalu sulit dijangkau. Jalur pendakian yang jelas dan tidak terlalu memakan waktu juga merupakan daya tarik bagi para pendaki. Ada tiga jalur populer menuju puncak Gunung Lawu yang biasa dilalui para pendaki. Ketiga jalur itu adalah Cemara Kandang dan Candi Cetho yang ada di Kabupaten Karanganyar, serta Jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan. Dari ketiga jalur pendakian tersebut, Cemoro Sewu menjadi jalur yang paling banyak dilalui para pendaki Gunung Lawu. Gunung Lawu W PRASETYA Hal itu karena jarak tempuh menuju ke puncak yang lebih singkat daripada dua jalur lainnya. Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu berada di pinggir jalan tembus Karanganyar-Magetan. Lokasinya tidak begitu jauh dari Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang. Transportasi ke Basecamp Cemoro Sewu dari Jakarta... Seputar Basecamp Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Kebanyakan pendaki menuju Basecamp Cemoro Sewu dengan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Tentunya hal itu hanya bisa dilakukan mereka yang berdomisili di sekitar Gunung Lawu, misal Kota Solo atau Magetan. Namun bagi mereka yang tempat tinggal atau domisilinya jauh, seperti Jakarta, kemungkinan besar penggunaan kendaraan pribadi kurang populer. • 5 Tips Mencegah Hipotermia saat Mendaki Gunung • 3 Jalur Pendakian Gunung Lawu, Lanskap Sabana Terlihat Saat Mendaki Lewat Candi Cetho • 7 Hotel Murah di Jogja Dekat Gunung Merapi, Harga Berkisar Rp 200 Ribuan
Opentrip gunung gede 2018. Buat ke gunung gede itu prosedurnya agak rumit. Bogor, cianjur dan sukabumi dengan ketinggian 2958 mdpl. Acara backpackers, the mountain backpacker, backpacker indonesia, cibodas, gunung, gunung gede, open trip, pecinta alam, pendakian gunung. Syarat & ketentuan berlaku open trip private trip tuesday, 31 august 2021
Oh ya, pada hiking kali ini agak rame sih. Karena Adi ngajak temennya, yaitu ada bang Randy, bang Yudhi, Dila dll. Seperti biasa Agil nggak lupa untuk join juga. Bermula dari grup whatsapp untuk membuat rencana agar perjalanan lancar dan perkiraan dana juga sesuai. Untuk menuju ke Gunung Lawu, dari Jakarta kita menggunakan kereta dengan tujuan ke Purwosari Solo dengan menempuh perjalanan selama 8 jam. Selama perjalanan kita habiskan dengan ngobrol, bercanda dan juga main uno. Setibanya di Purwosari, kita makan malam dulu sambil menunggu di jemput bis untuk menuju ke basecamp. Perjalanan dari Purwosari ke basecamp memakan waktu kurang lebih 2-3 jam dengan jalan yang lumayan berkelok. Kita tiba di basecamp hampir jam 1 pagi. Setelah beres-beres, kita semua bergegas beristirahat dan tidur karena esok harus mempersiapkan tenaga. Mana ya dingin banget itu basecamp. Pastikan membawa pakaian yang nyaman yas. Gue langsung bergegas membersihkan wajah dan bersiap untuk besok pagi. gue langsung tidur biar tetap fit karena waktu udah semakin larut. Akhirnya gue harus mengeluarkan sleeping bag karena dinginnya nggak tahan bangeeet. Setelah semuanya usai sarapan dan juga menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan, seperti mandi sebelum melakukan pendakian, sarapan dan juga melakukan pemanasan. Fyi jalur candi cetho ini adalah jalur terladai dibandingkan jalur lainnya, tapi lebih panjang juga! Kurang lebih pendakian ini gue dan yang lain memakan waktu sampai 10 jam, lama banget tapi ya seru dan berasa hahaha. Setelah berdoa, kita langsung memulai pendakian. First stop adalah posko pendakian puncak lawu jalur candi cetho. Kita mengisi data dan meninggalkan ktp di posko yang nanti diambil kembali saat turun. Bang Randhi sebagai penanggung jawab yang meninggalkan ktpnya. Kita juga diberikan arahan-arahan dan larangan apa selama mendaki, seperti tidak membakar apapun karena kebetulan saat gue mendaki sedang musim kemarau sehingga rentan kebakaran. Mulailah pendakian ini! Kita melewati Candi Kethek, Kethek artinya Monyet. Dan gue kurang tau kelanjutannya karena tidak mampir dan hanya lewat saja. Kita terus berjalan santai hingga berenti di sumber mata air terakhir sebelum pos Kita istirahat sejenak dan isi botol masing-masing sebelum lanjut mendaki lagi. Airnya seger dan dingin banget yaiyalah ya!. Antri Mengisi Air di Botol Setelah istirahat dan mengisi minum, lanjut lagi menuju ke pos 3. Kalau nggak salah, gue, Amel dan Febri tidur saat menuju pos 3 ini deh dan ditungguin oleh Agil haha. Mungkin karena emang ngantuk banget sih asli. Dan sesampainya di pos 3 gue juga tidur lagi, asli ahahaha. Pendakian jalur cetho ini asik-asik aja sih, cuma karena lagi musim kemarau ini debunya parah banget! Apalagi kalau ada yang turun kita musti minggir dulu kalau enggak bisa kelilipan dan sebagainya, maka itu kalau mendaki saat musim kemarau mesti siap masker banget dan jangan pakai baju terang. Perjalanan terasa panjaaaang banget dan lama hahaha. Emang bener-bener capek asli! Bahkan, dari sabana menuju ke pos 5 tempat kita camp, aja berasa lama dan jauh padahal nggak seberapa hahaha. Mungkin karena emang udah capek banget mendaki selama 10 jam. Trus mikir, 10 jam aja begini, gimana yang lain ya?? Haha. Tapi kita bener-bener menikmati aja mendaki sambil ngegibah *ups. Berkisar jam setengah 7 malam kita sampai, yang laki menyiapkan tenda dan yang perempuan bergegas masak dan segala macam. Baru kali ini cuy, segala snack habis di jalan karena lapar! Hahaha. Sesampainya di camp, emang paling enak masak mie. Gue nggak banyak take foto karena males aja, jadi dapet dari yang lain fotonya xoxo. Menuju Puncak Hargo Dumilah 3265 MDPL Janjian sih mau mulai muncak jam 3, tapi kalau nggak salah akhirnya kita mulai mendaki jam 4. Karena nggak bawa carrier jadinya lebih enteng. Dan seperti yang kalian tau lah ya kalau Lawu terkenal mistis terlebih lagi pasar dieng! Sepanjang jalan gue merinding aja gitu, mungkin suges aja kali ya haha. Para Pejuang Submit! minus Agil Seneng banget ngeliat sunrise rasanya. Cantik banget!!!! Emang naik gunung ini banyak banget bonusnya, itulah kenapa gue pengen banget setidaknya setahun sekali mendaki. Ternyata di Gunung Lawu gue menemukan lumayan banyak daisy, rasanya seneng banget uwu. Nah kalau mendaki gunung lawu dan belum mampir ke warung mbok Yem rasanya belum afdol! Kita mampir dulu sekaligus sarapan. Harga makanannya masih terjangkau. Terlebih yang ada dipikiran gue saat belanja dan harus naik ke atasnya, asli peer banget sih. Gue memesan nasi pecel dan segelas teh hangat, beuh rasanya nikmat tenannnn. Baca Juga Hiking ke Merbabu dari Jakarta Makan bwang! Setelah sarapan dan beristirahat sebentar, kita lanjut lagi menuju puncak kayak lagu. Perjalanan menuju puncak lumayan juga mendaki, debunya tetap banyak. Kurang lebih sesampainya di Puncak itu jam 7 pagi. Seneng banget rasanya, karena ini pertama kalinya gue muncak dari tengah pagi gitu ahaha, jadi berasa terbayar aja perjuangannya. Mt Lawu 3265 MDPL! Setelah menikmati puncak, istirahat dan berfoto. Kita segera bergegas untuk packing dan turun. Karena takut kalau kita bakal kemalaman. Pemandangan hamparan sabana yang luas dan juga cantik bener-bener bikin puas mata banget! Ditambah langit biru, jadi makin perfect. Di pasar Dieng banyak banget batu bertumpuk gini btw. Jadi inget drakor tau gak sih! Haha Jam 12 siang kita start untuk turun kembali menuju ke Basecamp. Sebelum turun, kita menghabiskan logistik untuk makan siang dan bekal. Karena snack juga udah habis semuanya, takut diperjalanan juga lapar jadi lebih baik persiapan. Full Team Untungnya untuk turun kita hanya memakan setengah waktu dari naik yaitu 5 jam, tapi berasa banget karena turunannya yang lumayan menyebabkan kaki jadi kotor, sakit dan macem-macem lah pokoknya. Selama turun, bisa dihitung banget pendaki yang naik nggak banyak. Mungkin karena hari Senin jadinya orang-orang sudah pada turun kemarin. Total Biaya Pendakian di Gunung Lawu Biaya yang dihabiskan selama pendakian dari Jakarta kurang lebih menghabiskan biaya Untuk detail lengkapnya gue kasih rinciannya berikut Dan juga yang mau tau itinerary perjalanan juga bisa dilihat berikut Nah itulah kurang lebih cerita hingga rincian pendakian kali ini. Sampai jumpa di cerita lainnya, semoga bermanfaat!
Desember akhir tahun 2000 saya dan enam anggota kelas satu lainnya melakukan pendakian ke gunung tertinggi di Jawa Barat dan memilih jalur palutungan, karena dianggap lebih cocok untuk pendaki pemula. Saya berangkat pagi hari dari terminal cilembang tasikmalaya menumpang bus tujuan Cirebon dan berhenti di pertigaan cigugur kuningan.
Gunung Lawu merupakan salah satu gunung favorite para pendaki yang terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut info nya, Gunung yang memiliki ketinggian 3265 mdpl ini merupakan gunung tertua di Pulau Jawa. Sumber negeriangin Untuk sampai ke Puncak Gunung Lawu kalian dapat melewati tiga jalur yakni Jalur Cemoro Kandang, jalur ini berada di Tawangmangu, Jawa Tengah. Dan jalur yang disajikan lumayan panjang namun lebih landai. Jalur Cemoro Sewu, jalur ini berada di Sarangan, Jawa Timur. Jaraknya sekitar 200 meter dari Cemoro Kandang. Jalur Cemoro Sewu memiliki trek yang agak menanjak tapi dengan waktu tempuh yang cukup singkat dan 98% medan yang disajikan sudah berbentuk tangga dari bebatuan. Jalur Candi Cetho, jalur ini merupakan jalur pendakian terbaru dan banyak beberapa pendaki yang tidak memilih jalur ini meskipun memiliki pemandangan yang lebih indah dibanding kedua jalur di atas, tapi dengan jarak tempuh yang paling panjang. Jalur Pendakian Gunung Lawu bisa dikatakan jalur pendakian paling safety untuk didaki karena mempunyai jalur yang jelas, lebar dan dengan jalur batu yang tertata rapi dari basecamp sampai puncak. Terutama jalur pendakian via Cemoro Sewu. Pada kesempatan kali ini, komunitas Backpacker Jakarta mengadakan pendakian perdana nya ke Gunung Lawu via Cemoro Sewu pada tanggal 18 sampai 21 Agustus 2016 dengan biaya sharecost sebesar Rp / orang dan meeting point di Sekretariat Backpacker Jakarta yang alamat di Jalan Mayjen Sutoyo Kav 48 No 48,Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur, jam Pendakian perdana kali ini di gawangi oleh Cahyadi Arif dan Wina Tobing sebagai CP dengan membawa 28 peserta lainnya. Oh iya, agar pendakian semakin aman karena gunung ini terbilang tinggi, maka ada dua orang peserta yang membantu sebagai tim backup yaitu Rangga dan Arif. Yeahhh! CP Cahya cahyadiarf CP Wina Nah, pasti kalian penasaran dong, bagaimana sih kisah perjalanan pendakian perdana ke Gunung Lawu ini yang kata nya menurut CP, ini merupakan perjalanan yang seru, kompak, kocak serta mengharukan. Yuk kita ulas secara singkat, padat dan jelas tentu nya. Basecamp – Pos 1 Jam Dari gerbang masuk basecamp cemoro sewu perjalanan dimulai dengan melewati jalur yang cukup luas dan batu yang sudah tertata dengan melewati pohon cemara yang rimbun dengan medan yang masih landai. Tetapi sepanjang perjalanan menuju pos 1, peserta sudah terbagi 4 kelompok karena setiap peserta memiliki kekuatan yang berbeda beda. Pos 1 – Pos 2 2 Jam Medan yang disajikan adalah tangga berbatu dan melewati lembahan. Dari sini medan sudah mulai menanjak dan cukup terjal serta menguras tenaga. Disini juga ada tempat datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda kecil dekat bebatuan besar. Oh iya, karena ada dua orang peserta yang kelelahan, maka dengan didampingi 1 orang tim backup, perjalanan kedua peserta tersebut harus distop dan akhirnya membangun tenda di pos 2. Pos 2 – Pos 3 2 Jam Dari pos 2, medan yang ditempuh semakin menanjak terjal didominasi dengan bebatuan dan hampir tidak ada bonus. Karena waktu sudah mulai malam, maka semua peserta yang melanjutkan perjalanan mulai memasang headlamp. Perjalanan menuju pos 3 cukup menguras banyak tenaga setiap peserta, tetapi semangat mereka masih terus menyala untuk menggapai puncak. Setelah sampai di pos 3, karena sudah mulai gelap, ditambah angin kencang serta kondisi fisik peserta sudah mulai kelelahan, maka logistikpun di buka dan mulai memasak air untuk menghangatkan tubuh serta mengembalikan stamina yang sudah terkuras cukup banyak. Pos 3 – Pos 4 2 Jam Setelah stamina mulai kembali, perjalanan pun dilanjutkan. Jalur yang disajikan menuju pos 4 adalah tanjakan yang curam dan sama sekali tidak ada jalur landai. Disini ketinggian sudah mencapai sekitar 2800 mdpl. Jalur yang hampir dekat dengan Pos 4 akan ditandai dengan adanya pegangan besi yang berada di samping kanan kiri jalur pendakian walaupun tidak semua nya kokoh. Sepanjang perjalanan menuju pos 4, anginpun semakin kencang, oksigen semakin menipis dan temperatur suhu semakin dingin, bahkan ada beberapa peserta yang mulai kehilangan harapan untuk sampai ke pos 5. Karena ada beberapa peserta dengan kondisi yang tidak memungkinkan, maka dibangun tenda lagi dan perjalananpun di stop untuk peserta tersebut. Pos 4 – Pos 5 30 Menit Hanya perlu berjalan menanjak sedikit saja dari pos 4 kalian akan bertemu dengan jalan yang lumayan datar. Rencana nya semua peserta ingin membangun tenda di Warung Mbok Yem, tetapi mengingat kondisi peserta yang sudah sangat kelelahan dan malam semakin dingin, maka semua sepakat untuk bermalam di pos 5 Warung Pak Diki tanpa membangun tenda. Di warung ini ada banyak makanan seperti nasi pecel, gorengan, teh, indomie dll. Oh iya, sepanjang perjalanan menuju pos 5 terdapat sumur jolotundo lhoh. Pos 5 – Sendang Drajat 20 Menit Setelah beristirahat yang lumayan cukup, sebagian peserta sudah prepare untuk summit ke puncak disusul denga peserta lainnya yang sempat membangun tenda di pos 4, disayangkan peserta yang di pos 2 tidak ikut menyusul. Hmmm….bukan hanya itu, tidak semua peserta yang ikut summit ke puncak ya gaes mengingat masih ada yang kelelahan dan istirahat di pos 5. Sebelum menuju puncak tertinggi, kalian akan melewati Pos Sendang Drajat. dimana pos ini sendiri juga terdapat sumber mata air bersih yang bisa digunakan untuk memasak dan mengisi air minum. Di Sendang Drajat juga terdapat sebuah warung yang sangat terkenal dikalangan pendaki yakni Warung Mbok Yem yang juga menjual makanan dan minuman, so tidak perlu membawa terlalu banyak logistik untuk menuju puncak. Sendang Drajat – Puncak Tertinggi Hargo Dumilah 30 Menit Untuk menuju puncak, medan yang di berikan berupa bebatuan yang cukup menanjak dan sampai pada akhir nya beberapa peserta yang summit pun tiba di puncak tertinggi dari Gunung Lawu. Nah gaes, di Puncak Lawu sendiri terdapat sebuah tugu batu sebagai tanda Puncak tertinggi Gunung Lawu 3265 mdpl. Di puncak kalian bisa melihat pemandangan gunung lain nya seperti Merbabu, Merapi, serta Gunung Arjuno. Begitulah sekelebat kisah pendakian perdana ke gunung lawu kali ini. So, mendaki gunung itu harus menyiapkan fisik dan mental yang kuat serta butuh kerjasama untuk menyukseskannya. Dan secara tidak langsung, mendaki dapat menaklukkan ego yang tinggi, belajar memahami makna kebersamaan dalam proses perjalanan menuju puncak dan mengerti bagaimana mencintai alam, serta yang terpenting belajar untuk mengerti arti kata “pulang dengan sehat dan selamat”. Hits 1991
jikabelum terlalu gelap kita bisa melanjutkan perjalanan ke warung Mbok Yem, warung legendaris di Gunung Lawu. Warung Mbok yem persis di bawah puncak lawu. dari pos 5 ke warung Mbok Yem kurang lebih sekitar 30 menit. Sebelum sampai ke warung Mbok Yem kita akan melewati sendang drajat yaitu sebuah mata air seperti sumur.
Pendakian terakhir 7 gunung tertinggi di pulau JawaHalo, Assalamualaikum! Rasanya, baru lagi nih ngetak-ngetik setelah beberapa bulan dikekang sama penyakit mager level akut wkwk. Jangankan untuk nulis, buka laptop pun aja mager banget rasanya hahaha. Padahal, sebenarnya pengen banget sharing perjalanan terakhir gue tentang Solo Trip Pendakian ke Gunung Raung di bulan Desember 2020 kemarin. Baiklah, gue coba ceritakan kembali mumpung belum lupa, semoga belum basi yak, bulan Desember 2020 kemarin, Alhamdulillah, gue dapat berkesempatan mendaki gunung Raung dan sekaligus juga menuntaskan pendakian tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa Seven Summits of Java versi pendaki. Di samping itu, pendakian gunung Raung juga merupakan wish list terakhir gue di tahun 2020 setelah gunung Dempo. Dan, Alhamdulillah gue bisa menyambanginya setelah sebelumnya mengalami beberapa perencanaan yang tertunda terus, hehehe. Rejeki ga kemana!Pada pendakian gunung Raung ini, masih bertemakan solo hiking! "Kok, kayanya hobby banget solo hiking terus?", tanya salah seorang dari kawan gue. Beberapa alasan mendasar yang menjadi alasan gue untuk melakukan solo hiking bukan lain dan bukan tidak karena sulitnya mencari teman barengan. Ketidakcocokan jadwal dari masing-masing kami menjadi salah satu penyebabnya. Maklum, rata-rata punya kesibukan dan urusannya masing-masing. Walaupun pendakian ini bertemakan solo hiking, namun gue tetap menggunakan jasa open trip. Kenapa begitu? yap, karena salah satu persyaratan untuk melakukan pendakian gunung Raung yaitu harus didampingi dan menggunakan jasa pemandu guide setempat yang sudah berpengalaman, mengingat sulitnya medan pendakian sehingga memerlukan alat-alat climbing yang proper. Menurut gue, itu hal yang bagus. Jadi, tidak sembarang orang dapat melakukan pendakian, sekaligus juga sebagai bentuk pencegahan terjadinya kecelakaan dalam 1Dengan menyandang status yang sudah tidak bujang lagi, dalam hal perizinan mendaki lumayan mengalami sedikit hambatan. Sekarang, restu istri pun menjadi sebuah prioritas, hahaha. Maklum, namanya juga pergi naik gunung, pergi dari rumah berhari-hari dan tanpa kabar. Siapa yang ga resah, kan? hehe. Setelah restu didapat, siang itu tanggal 24 Desember 2020 gue bertolak menuju bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan bus DAMRI dari Depok. Kok, bandara? Yap, pada perjalanan kali ini gue tidak menggunakan jalur darat lagi seperti yang gue lakukan pada pendakian gunung Dempo sebelumnya, haha. Walaupun sebenarnya bisa, namun gue memilih menggunakan pesawat, guna mempersingkat waktu perjalanan. Sebab, akan membuang banyak waktu apabila menggunakan jalur darat, mengingat titik basecamp gunung Raung berada di Kalibaru, Banyuwangi. Sekitar 90 menit sebelum waktu lepas landas, gue sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan gue kali ini menuju Surabaya dengan jadwal take-off pukul 1800 WIB. Hal ini sama juga seperti pada pendakian gunung Arjuno-Welirang di tahun 2019 lalu, yaitu dengan menggunakan pesawat menuju Surabaya. "Kenapa memilih Surabaya?", "Kenapa ga langsung ke Banyuwangi aja?". Ada beberapa alasan dan pertimbangan kenapa gue memilih ke Surabaya, diantaranya adalah;Harga tiket pesawat Jakarta ke Surabaya lebih murah ketimbang ke penerbangan Jakarta ke Surabaya lebih fleksibel ketimbang ke Banyuwangi terletak lumayan jauh dari lokasi basecamp, sehingga perlu menggunakan transportasi lagi untuk hendak melakukan check-in, kemudian petugas maskapai menginfokan bahwa penerbangan mengalami delay, yang seharusnya pesawat berangkat pukul 1800 WIB bergeser menjadi pukul 1915 WIB. Panik, dong? Jelas, gue panik banget, karena gue sudah merencanakan untuk melanjutkan ke Kalibaru Banyuwangi dengan menggunakan jasa angkutan travel pada pukul 2030 WIB, dan gue pun sudah membuat janji dengan driver tersebut untuk dijemput di bandara Juanda Surabaya pada jam yang sudah dijadwalkan. Semoga aja masih keburu. Jadi, buat kalian yang ga mau ribet untuk menuju Banyuwangi dari Surabaya, sebaiknya gunakanlah jasa angkutan travel seperti ini. Kalian tinggal duduk aja dan ga perlu repot gonta-ganti transportasi lagi. Sudah banyak juga beberapa titik penjemputannya, salah satunya dari Bandara Juanda yang ga gue inginkan akhirnya terjadi, pesawat baru landing di bandara Juanda Surabaya pada pukul 2030 WIB, jam yang seharusnya travel tersebut sudah berangkat! Dengan rasa tergesa-gesa, gue langsung bergegas menuju tempat pengambilan bagasi sambil menghubungi si driver tersebut untuk minta agar gue ditungguin, hahaha. Dengan raut muka yang kesal dan bete pada saat itu, Alhamdulillah si driver masih setia nungguin gue di halaman parkir bandara, wkwkwk. Ga lupa juga gue bilang maaf dan terima kasih sudah mau nungguin, hehe. Tidak lama dari itu, mobil travel mulai bertolak dari bandara Juanda Surabaya menuju Kalibaru Banyuwangi. Jika dilihat dari schedule tersebut, travel akan tiba di Kalibaru Banyuwangi sekitar pukul 0400 WIB pagi. Mari kita nikmati 2Surabaya - Kalibaru - BasecampKetika memasuki daerah sekitar Lumajang, mobil yang gue tumpangi mampir ke salah satu rumah makan. Pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 0213 WIB. Rupanya, travel ini sudah include dapat makan juga, mantap! Hahaha. Alhamdulillah, bisa isi perut dulu, hehe. Selepas isi perut, perjalanan dilanjutkan kembali. Jam demi jam berlalu, dan rasa cemas pun tiba-tiba terbesit dalam pikiran, "kira-kira bakal keburu ga ya tiba di Kalibaru sebelum pukul 0600 WIB pagi?", mengingat kondisi lalu lintas pada saat itu terbilang sangat padat. Jadi, jika mengacu dari jadwal/rundown trip pendakian, kami para pendaki diwajibkan sudah tiba di basecamp maksimal pukul 0600 WIB pagi, karena pendakian akan dimulai pada pukul 0700 WIB. Semoga aja keburu. Aamiin. Alhamdulillah, sekitar pukul 0450 WIB gue sudah tiba di Kalibaru, lokasi persisnya itu di dekat sebuah pasar, biasanya warga lokal menyebutnya Pasar Kalibaru. Di lokasi inilah sebagai tempat bertemunya gue dengan salah seorang pemandu trip. Oh, iya, salah satu pemandu yang menjadi PIC untuk trip Raung kali ini bernama Mas Nuggi. Selang 5 menit menunggu, kemudian gue langsung dijemput oleh Mas Nuggi untuk langsung menuju ke salah satu klinik yang berada di daerah sana sebelum menuju basecamp. Jika ditanya, "mau ngapain ke klinik?". Jadi, kami para pendaki masih diwajibkan untuk cek kesehatan fisik sebagai syarat untuk melakukan pendakian, dan diwajibkan dilakukan pemeriksaan di puskesmas/klinik yang berada di daerah Kalibaru saja. Di luar dari daerah tersebut tidak berlaku. Hmmm, repot juga ya? Maklum, inilah risiko mendaki di kala dilakukan pemeriksaan kesehatan, kemudian gue dan pendaki yang lainnya langsung menuju basecamp dengan menggunakan sepeda motor. Seperti yang diketahui, terdapat beberapa basecamp pendakian di gunung Raung. Biasanya para pendaki menyebutnya dengan nama basecamp A, basecamp B, atau basecamp C. Basecamp untuk trip pendakian ini bernama "Basecamp Pak Aldi". Menurut Mas Nuggi, jarak dari klinik ke basecamp tidak terlalu jauh, hanya saja jalur yang dilalui memang kurang bagus. Sekitar 15 menitan perjalanan, pada pukul 0620 WIB gue sudah tiba di basecamp dan pada saat itu juga sudah ada beberapa pendaki yang tengah rapih-rapih packing dan sarapan. Oke, mari kita packing juga! Day 2Basecamp - Camp 1Setelah beres sarapan dan repacking alat-alat pendakian, kemudian gue dan 13 pendaki lainnya diberikan briefing singkat oleh Mas Nuggi. Pada briefing tersebut, hanya membahas mengenai detail fasilitas trip pendakian yang didapat, protokol kesehatan selama pendakian, dan pembagian alat-alat climbing pendakian. Untuk fasilitas trip pendakian, mengikuti kategori paket mana yang dipilih. Adapun beberapa fasilitas yang gue dapat pada salah satu paket trip pendakian yang disediakan, di antaranya adalahGuide RaungSimaksi pendakian - alat panjat safetyOjek Kalibaru - Basecamp PPOjek Basecamp - Pos 1 PPRumah singgah Basecamp Pak AldiPorter air tim 15/30Makan 2x berangkat dan pulang di basecampMug gunung RaungDokumentasi timDari beberapa fasilitas yang disediakan, menurut gue ini sudah lumayan murah ketimbang yang ditawarkan oleh pihak penyelenggara trip lain. Oke, lanjut ke cerita. Selesai briefing, kemudian kami langsung diantar menuju Camp 1 dengan menggunakan ojek motor. Sebelum dilanjutkan ke Camp 1, kami terlebih dahulu diwajibkan berkumpul di kantor sekretariat gunung Raung untuk melakukan registrasi ulang sekaligus juga mengikuti pengarahan dari petugas setempat. Pengarahan di sini lebih ditekankan pada aturan dan tata tertib selama pendakian. Setelah dari itu, langsung dilanjutkan menuju Camp 1. Lama perjalanan dari lokasi kantor sekretariat ke Camp 1 tidak begitu jauh, kurang lebih sekitar 25-30 menit dengan menggunakan ojek motor. Sekitar pukul 0821 WIB pagi, gue sudah tiba di Camp 1. Saat tiba di Camp 1, rupanya sudah banyak rombongan pendaki yang berasal dari trip lain. Camp 1 di sini kalo gue bisa bilang, mirip seperti pangkalan ojek motor, wkwk. Seru juga, sih. 2Camp 1 - Camp 2Dari Camp 1, pergerakan berikutnya yaitu dengan berjalan kaki. Jika dilihat dari rundown, lama perjalanan Camp 1 menuju Camp 2 itu kurang lebih 3 jam! Jauh banget, dong? hahaha. Trek awal masih berupa pekarangan kebun kopi, jalur berlika-liku, dan hanya sedikit menanjak. Makin terus bergerak, lama kelamaan napas mulai kembang kempis juga, wkwkwk. Padahal, jalurnya belum begitu ekstrim, tapi fisik sudah terasa capek, sepertinya ini karena isi keril yang berat, haha. Setelah 45 menit berjalan, kami tiba pada sebuah pondokan, yang biasanya para pendaki menyebutnya dengan Camp 2 Bayangan. Oke, langsung turunkan keril dari pundak dan istirahatin kaki sebentar. Sinar matahari pada saat itu sangat terik di kulit, dan keril pun diberatkan oleh logistik beserta alat climbing, hal itulah yang membuat fisik terkuras habis. Tidak mau berlama-lama beristirahat, perjalanan dilanjutkan kembali. Selepas Camp 2 Bayangan, trek mulai memasuki hutan, walaupun ga begitu tertutup rapat. Sejauh ini, belum ditemukan medan yang terbilang curam atau terjal, masih trek landai dan sedikit menanjak saja tapi sangat panjang, haha. Sesekali juga kami break singkat di tengah-tengah perjalanan cuma untuk mengumpulkan napas yang semakin ga stabil, wkwk. Pergerakan terus dilakukan hingga akhirnya kami tiba di Camp 2 sekitar pukul 1100 WIB. Saat kami baru tiba di Camp 2, belum banyak pendaki yang ada di sana, baru beberapa saja. Dan selang beberapa menit kemudian disusul oleh pendaki yang lainnya. Camp 2 memiliki area yang cukup luas, di mana terdapat sebuah pondokan yang bisa digunakan oleh para pendaki untuk berteduh apabila turun 2Camp 2 - Camp 3Saking asiknya kelamaan beristirahat, sampai lupa kalau perjalanan harus dilanjutkan kembali, hahaha. Seluruh anggota tubuh pun terbawa suasana mager. Beginilah kalau kelamaan istirahat. Oke, perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Camp 3. Trek menuju Camp 3, menurut gue, tidak jauh berbeda dengan trek-trek sebelumnya. Mungkin karena semakin menipisnya tenaga, trek-pun terasa makin berat, hmmm. Ga kerasa juga persediaan air minum semakin berkurang seiring tegukan demi tadinya rombongan kami berjalan beriringan, lama kelamaan semakin berjarak dan terbagi, hahaha. Rombongan yang depan untuk kaum-kaum yang bernapas kuda, sedangkan rombongan yang belakang untuk pasukan-pasukan usia lanjut, wkwk. Gue akuin, fisik gue pun hancur-hancuran juga. Ga tau, kenapa bisa capek banget! Hahaha. Saat memasuki pukul 1225 WIB, kami akhirnya tiba di Camp 3. Alhamdulillah, bisa selonjoran dulu, hehehe. Tidak seperti Camp 2, area Camp 3 tidak begitu luas. Jika dikira-kira, hanya cukup diisi untuk 2-3 tenda yang berkapasitas 4 saja. Saat sedang nyaman beristirahat, tiba-tiba turun gerimis. Pergerakan pun kami lanjutkan kembali dengan harapan bisa tiba di Camp 4 sebelum hujan deras turun. Day 2Camp 3 - Camp 4Selepas Camp 3, trek pendakian berubah jadi menurun. Tentu ada rasa senang, karena pergerakan menjadi lebih cepat dari sebelumnya, hahaha. Saat di tengah perjalanan menuju Camp 4, cuaca semakin kurang bersahabat. Yang tadinya hanya sekadar rintik-tintik ringan, tiba-tiba beralih menjadi tumpahan hujan yang sangat deras. Sepatu dan beberapa pakaian lainnya sudah tidak terbendung lagi oleh air hujan yang sudah membasahi kemana-mana. Air hujan dan keringat seakan sudah menyatu di kami akan makan siang di Camp 4. Namun, sepertinya akan sangat merepotkan sekali apabila hujan tak kunjung reda juga. Karena kondisi hujan pada saat itu, membuat rombongan kami semakin terbagi lagi. Sebab, ada yang memutuskan berhenti untuk berteduh, ada juga yang tetap lanjut bergerak. Gue salah satu yang tetap lanjut bergerak. Alhamdulillah, kondisi hujan mulai mereda seiring pergerakan naik menuju Camp 4. Dan sekitar pukul 1330 WIB, kami tiba di Camp 4. Tidak lama-lama, segera mengisi perut dengan bekal nasi bungkus yang sudah kami bawa dari basecamp. Ketika sedang asik-asiknya menyantap makanan, tiba-tiba hujan turun lagi. Terpaksa harus melanjutkan makan di bawah flysheet salah satu pendaki yang sedang berteduh juga. Hmmm. Foto diambil saat perjalanan turun ke Camp 1Day 2Camp 4 - Camp 5 - Camp 6 - Camp 7Seberes makan, perjalanan dilanjutkan kembali. Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 1415 WIB. Walaupun perut sudah diisi, ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan juga untuk gue. Fisik masih saja loyo seperti yang sebelum-sebelumnya. Atau, ini sebenarnya disebabkan karena kondisi hujan? Bisa jadi berpengaruh. Beban keril juga terasa semakin berat karena sebagian kondisinya sudah basah. Jika dilihat dari rundown pendakian, jarak dari Camp 4 menuju Camp 7 memakan waktu sekitar 3 jam. Kondisi hujan yang tak kunjung reda disertai medan pendakian yang berubah menjadi tidak karuan, menyebabkan gue tidak bisa mendokumentasikan pendakian. Jangankan untuk mengambil gambar, untuk menaikkan keril yang merosot dari pundak aja rasanya udah minta ampun, wkwk. Bergerak dan istirahat, cuma itu yang bisa gue terapkan untuk dapat segera tiba di Camp 7. Di kepala hanya terbesit motivasi, "Camp 7, Camp 7, Camp 7". pendakian sudah mulai terbuka dan melipir ke arah kiri, ini menandakan bahwa Camp 7 sudah semakin dekat. Karena hari sudah memasuki waktu petang, jarak pandang menjadi sangat terbatas. Ga ada lagi yang gue inginkan pada saat itu, kecuali dapat segera tiba di Camp 7. Udah capek, coy! Hahaha. Alhamdulillah, sekitar pukul 1740 WIB, akhirnya tiba juga di Camp 7. Gue cukup kesulitan mencari lapak untuk membuka tarp tent, karena hampir semua sudut di area ini sudah dipadati oleh tenda para pendaki. Oh, iya, di pendakian gunung Raung kali ini gue menggunakan tarp tent. Sama seperti pada saat pendakian di gunung Dempo waktu lalu. Seberes mendirikan tarp tent dan makan malam, mata secara otomatis terpejam kantuk. Tidur pulas pun tidak terelakan lagi. Mari kita simpan tenaga untuk summit jam 2 dini hari 3Camp 7 - Camp 8Sekitar pukul 0120 dini hari, suara bising dan lalu-lalang langkah kaki mulai terdengar dari luar tenda. Ternyata sudah ada beberapa rombongan pendaki lain yang berangkat summit lebih awal. Sambil mengusap mata yang masih kantuk-kantuknya, sarapan instan pun dibuat sebagai asupan tenaga sebelum melakukan summit. Diselingi juga menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa untuk summit. Air mineral 1,5 liter, alat-alat climbing, P3K, dan beberapa camilan, semuanya sudah ter-packing rapi dalam backpack yang akan gue bawa. Kami mengawali summit sekitar pukul 0230 WIB. Check point berikutnya adalah Camp 8. Oke, Bismillah, semoga lancar, info dari salah seorang guide rombongan kami, Pak Aldi, jarak Camp 8 sampai dengan Camp 9 masing-masing memakan waktu kurang lebih hanya satu jam. Ya, lumayan, tidak sampai berjam-jam, wkwk. Dinginnya udara mulai menggerogoti hampir ke seluruh bagian tubuh, tak terkecuali satupun. Apalagi ketika tubuh berdiam sejenak saat break di tengah jalur pendakian. Kondisi sepatu yang masih basah bekas kehujanan kemarin, menjadi penyumbang dingin paling banyak. Kedua sarung tangan yang dikenakan juga tidak memberikan dampak apa-apa. Tangan masih saja terasa kebas. Dengan napas yang terpengap-pengap, sekitar pukul 0330 WIB, akhirnya kami tiba di Camp 8. Pada saat itu, belum ada sinar matahari yang mengintip ke permukaan, hanya pekatnya gelap yang masih terbungkus rapat. Tidak banyak yang bisa diamati jelas pada sekitar. Singkat istirahat, pergerakan dilanjutkan kembali menuju Camp 3Camp 8 - Camp 9 - Puncak BenderaSemakin bergerak ke atas, pantulan sinar matahari perlahan mulai merambat naik dikit demi sedikit. Cahaya berwarna emas kemerah-merahan matang nampak begitu indah untuk dipandang. Kedua lensa bola mata sangat begitu antusias merekamnya. Tidak ada sedikitpun pandangan yang dipalingkan. Kira-kira, seperti itulah sambutan yang diberikan oleh alam semesta untuk seluruh makhluk yang ada di Bumi. Indah dan penuh hangat. Masya Allah. Sekitar pukul 0500 WIB, kami sudah tiba di Camp 9. Di Camp 9, kami hanya sekadar beristirahat sambil ngobrol-ngobrol aja, karena rencananya, kami akan memasang peralatan climbing di Puncak Bendera. Selepas beberapa menit, pergerakan kami lanjutkan kembali. Sama seperti gunung-gunung lain ketika ingin menuju puncak, jalur pendakian sudah tidak lagi berupa hutan yang tertutup. Jalur sudah mulai didominasi oleh bebeatuan kecil dan sedang. Biasanya kita menyebutnya dengan "batas vegetasi". Dari kejauhan, Puncak Bendera sudah dapat dilihat. Alhamdulillah, satu per satu dari kami tiba di Puncak Bendera sekitar pukul 0530 WIB. Di sini, sudah tidak ada lagi pohon tinggi yang dapat melindungi kami dari terpaan angin, udara dingin pun tidak terelakan lagi untuk tubuh. Tidak lama setelah kami tiba di puncak, Pak Aldi mulai memasangkan alat climbing ke kami secara bergantian. Seberes alat climbing sudah terpasang seluruhnya, selanjutnya beliau memberikan briefing singkat mengenai beberapa panduan, tips, dan himbauan terkait trek yang akan kami lalui berikutnya, hingga akhirnya tiba di titik terakhir, yakni Puncak Sejati. Day 3Puncak Bendera - Puncak SejatiSekitar pukul 0600 WIB, kami mulai mengawali langkah menuju Puncak Sejati. Selepas Puncak Bendera, jalur pendakian sudah full 100% bebatuan dan berpasir. Langkah yang hati-hati sangat diperlukan dalam mengarungi trek demi trek-nya. Pandangan pun harus terus terfokus pada tiap pijakan yang kita pilih. Dengan formasi yang membentuk satu barisan memanjang, menjadikan standar safety yang wajib diterapkan oleh kami. Ketika hendak bergerak maju, memanjat atau turun, harus dipastikan carabiner sudah terkait dengan benar ke webbing dan kernmantle. Sebenarnya, tidak begitu sulit saat menggunakan alat-alat tersebut selama digunakan dengan baik dan benar sesuai yang diinstruksikan. Namun tetap perlu berhati-hati dan mawas menuju Puncak Sejati, tidak seluruhnya diperlukan alat climbing, karena selepas melewati jalur siratal mustaqim, jalur sudah mulai kondusif dan bisa dilalui tanpa alat climbing lagi. Dari sini, Puncak Sejati sudah mulai terlihat dari bawah, tinggal melewati satu tanjakan terakhir lagi. Jalur sudah berubah menjadi yang menanjak terjal. Medan pendakian sudah didominasi oleh bebatuan kecil, sedang, hingga besar. Perlu kehati-hatian ketika berada di sana, karena sering kali batu berjatuhan dari arah atas. Saking vertikalnya tanjakan tersebut, gue cuma bisa melangkahkan kaki selangkah dua langkah aja, kemudian berhenti untuk menghela napas. Engap, coy! Hahaha. Hal itu konstan gue lakukan, hingga akhirnya dapat membawa gue tiba di Puncak Sejati tepat pada pukul 0820 WIB. Perjuangan yang harus dibayar kontan, Alhamdulillah. Mari abadikan moment yang indah 3Puncak Sejati - Camp 7 - BasecampGa kerasa sudah 30 menit berlalu saat di Puncak Sejati. Selanjutnya, kami mulai meninggalkan puncak dan kembali turun ke Camp 7. Tidak lupa juga kami mampir ke Puncak Tusuk Gigi untuk sekadar mengambil gambar. Puncak Tusuk Gigi sendiri merupakan sebuah area yang diisi oleh tumpukan batu-batu besar yang menjulang tinggi memanjang. Karena hal itulah disebut dengan "Puncak Tusuk Gigi". Selepas itu, kami lanjutkan perjalanan turun ke Camp 7. Waktu sudah siang dan matahari semakin terik. Sekitar jam 1200 WIB, kami sudah tiba di Camp 7, Alhamdulillah. Mari luruskan kaki sambil masak untuk makan siang, hehehe. Rencananya, gue masih menghabiskan satu malam lagi Di Camp 7, dan akan melanjutkan perjalanan turun ke Camp 1 di keesokan harinya. Karena, idealnya memang seperti itu. Setelah melakukan summit yang berat, sebaiknya tubuh diberi waktu istriahat yang lebih. Pagi itu, pagi di hari ke-4, gue dan beberapa pendaki yang lainnya sudah mulai sibuk merapikan dan packing perlengkapan. Bahkan, ada juga yang sudah pergi turun ke Camp 1 duluan. Buru-buru mungkin, hahaha. Sekitar jam 0700 WIB, gue sudah mulai bergerak meninggalkan Camp 7. Bismillah, seharusnya perjalanan turun akan lebih mudah dibanding perjalanan naik kemarin, apalagi ditambah dengan kondisi fisik yang sudah di-recovery, hehe. Benar aja, tidak membutuhkan waktu lama, gue sudah tiba di Camp 1, hahaha. Kemudian dilanjutkan menuju basecamp dengan menggunakan ojek motor yang kebetulan mereka sudah standby sedari tadi. Alhamdulillah, sekitar pukul 1200 WIB, gue sudah tiba di basecamp dan akhirnya bisa mengakhiri pendakian 3 hari 2 malam ini, Summits Pulau Jawa SelesaiAlhamdulillah, pendakian kali ini dapat berjalan lancar, aman, sehat, dan tepat waktu. Mengingat besok pagi adalah jadwal flight kepulangan gue, jadi, pukul 2100 WIB malam nanti, gue akan bertolak dari Kalibaru menuju Surabaya dengan menggunakan travel yang sama seperti saat keberangkatan kemarin. Jadwal dan estimasi waktu tersebut sudah gue atur pada rundown yang gue buat. Semoga saja berjalan lancar dan tidak ada hambatan, Aamiin. Singkat cerita, pagi itu gue sudah berada di Bandara Juanda Surabaya setelah sebelumnya melakukan perjalanan malam yang panjang dari Banyuwangi. Beberapa menit lagi, akan memasuki waktu boarding. Selama menunggu di ruang gate, banyak berseliweran lamunan-lamunan di dalam kepala. Berucap syukur adalah aktivitas yang paling sering gue lakukan pada saat itu. Dengan berakhirnya pendakian gunung Raung ini, Alhamdulillah, berarti gue sudah melengkapi pendakian di tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa. Kalau dibilang beruntung, belum tentu. Kalau dibilang rejeki, sudah pasti. Karena, tidak ada hasil yang tanpa pemberian-Nya. Semoga semuanya akan membawa dan memberikan manfaat yang baik untuk di kehidupan sehari-hari. Semoga menular juga untuk puncak-puncak di pulau yang lainnya. Aamiin. Terima kasih.
Backpackingke Manila 3D2N dari Jakarta (Itinerary, Story dan Budget) Wednesday, May 6, 2020 Menuju ke Gunung Lawu dari Jakarta (Cerita Pendakian Hingga Rincian Biaya via Candi Cetho) Sunday, April 19, 2020. Setelah sibuk berkutat dengan skripsi dan sidang, akhirnya gue dengan geng gunung gue kembali beraksi. Gue, Febri, Amel dan Adi Oleh ArdiansyahPendakian gunung hari ini bisa dilakukan dengan cara bermalam atau sekali jalan. Mereka yang termasuk golongan terakhir memilih mengikuti kegiatan pendakian dalam waktu kurang dari sehari. Mereka biasanya berangkat dari titik awal menuju puncak gunung, kemudian kembali lagi turun tanpa seperti ini diistilahkan para pegiat alam bebas dengan tektok. Pendaki atau orang yang mendakinya disebut tektoker. Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Ada banyak gunung di Indonesia bisa didaki dalam sehari. Ketinggiannya rata-rata di bawah meter di atas permukaan laut mdpl. Tektoker pemula bahkan mempunyai banyak pilihan gunung dengan ketinggian di bawah mdpl di Pulau Jawa, seperti Gunung Pancar 800 mdpl, Munara mdpl, Nglanggeran 700 mdpl, Andong mdpl, dan Kencana mdpl. "Besok nanjak kemana lagi, bang?" Begitulah pertanyaan sering dilontarkan padaku manakala baru saja menyelesaikan sebuah pendakian. Sejak 2016, aku bergabung dengan Backpacker Jakarta, sebuah komunitas tempat berkumpulnya orang-orang dengan kesamaan hobi bepergian atau jalan-jalan. Salah satu kegiatannya tentu saja mendaki 'backpacker' membuat orang-orang mengira perjalanan yang dilakukan komunitas ini berkaitan dengan tas ransel, tanpa banyak barang bawaan, dalam waktu relatif singkat, dan berbujet murah alias low budget. Kurang lebih memang demikian walau prinsip bujet murah di sini bukan berarti para backpacker beristirahat atau tidur di pinggir jalan, tidak pula berganti-ganti moda transportasi paling ekonomis. Bukan. Backpacker Jakarta bukan seperti itu sebab komunitas ini tetap mengutamakan keamanan dan Jakarta tidak melulu berkaitan dengan trip pendakian. Mereka juga mengadakan berbagai jenis wisata rekreasi lain, seperti wisata sejarah, laut, pantai, city tour, treking ke curug, atau sekadar kamping. Perjalanannya bisa menginap, bisa juga one day trip bergantung kondisi. Mereka mengadakan kegiatan tiap bulan, di dalam dan luar kota, di Jawa hingga luar Jawa, bahkan sesekali sampai luar sharecost dan open tripBackpacker Jakarta dibentuk 2013 oleh sekelompok anak muda yang berpikir lebih aman, murah, dan seru apabila bepergian secara berkelompok. Jangan tanya bagaimana seluruh dinamika dan drama keseruan yang tercipta selama perjalanan. Saat mendaki misalnya, fisik dan mental sesama teman makin dekat sejak awal pendakian hingga puncak bagi yang mampu. Anggaran transportasi menjadi lebih murah karena dilakukan patungan sharecost. Susah dan senang mereka tanggung penghubung atau contact person hanya bertanggung jawab terkait transportasi dan tiket wisata, tidak menanggung seluruh akomodiasi kepentingan personal peserta trip. Biaya kelompok yang akan dikeluarkan biasanya dihitung sejak awal dan dibagi habis ke seluruh peserta, mulai dari sewa kendaraan, tiket masuk kawasan, biaya parkir, biaya kebersihan hingga tip untuk penyedia jasa wisata. Urusan makan dan jajan, spot foto berbayar, dan lainnya ditunggung pendakian dan kamping yang memerlukan perlengkapan khusus, seperti tenda, alat masak, dan logistik pendakian biasanya diatasi dengan berbagi tugas dalam kelompok. Kerja sama dan gotong royong terlihat sejak awal. Inilah yang membuatku tertarik menyalurkan hobi traveling bersama komunitas ini. Sahabatku bertambah dari berbagai latar Jakarta juga mengenal sistem open trip yang menyediakan keperluan peserta, mulai dari akomodasi transportasi hingga konsumsi. Biayanya tentu saja lebih mahal. Ada juga semi open trip yang membolehkan peserta membawa perlengkapan dan peralatan yang hendak dibawa. Istilahnya peserta cuma 'nebeng' transportasi dan rumah singgah. Panitia tidak menanggung perlengkapan dan logistik konsumsi untuk mereka yang menghendaki sistem biaya pendakianAku beberapa kali mencoba pendakian open trip dari beberapa komunitas dan penyedia layanan trip. Contohnya saat aku melakukan pendakian ke Gunung Cikuray, Merbabu, Gede, Kerinci, serta Lawu. Ternyata, tidak banyak hal berbeda dari semua penyedia layanan pendakian bersama semacam adalah kita dapat mengenal banyak orang baru dengan karakter dan latar belakang berbeda. Perbedaannya tentu saja dari sisi biaya yang 2021, aku memutuskan solo trip ke Gunung Ungaran di Kabupaten Semarang. Aku naik bus Trans Jakarta ke Pasar Rebo, kemudian mencari bus ekonomi tujuan Salatiga dengan tiket Rp 160 ribu. Aku sampai di pertigaan Terminal Bawen jam enam pagi, kemudian naik angkutan umum dengan ongkos lima ribu rupiah sampai Pasar terbit di puncak Gunung SlametSetelah sarapan di sana, aku menggunakan ojek menuju Basecamp Bandungan dengan biaya Rp 25 ribu. Tiket masuk pendakian Gunung Ungaran yang kubayarkan adalah Rp 15 demikian, total biaya yang kukeluarkan untuk pulang pergi untuk transportasi adalah Rp 380 ribu, ditambah tiket menjadi Rp 395 ribu. Jumlah ini cukup besar dibanding sistem 2018, aku bersama 28 peserta Backpacker Jakarta mendaki Gunung Artapela di Bandung Selatan dengan sistem patungan. Biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 6,5 juta untuk semua pos anggaran, mulai dari sewa bus, tol, tiket masuk, tip, parkir sampai logistik pendakian. Masing-masing anggota hanya mengeluarkan biaya Rp 225 ribu per orang. Tenda dan perlengkapan kelompok dikumpulkan beramai-ramai sesama anggota trip. Efisiensinya terlihat di open trip cenderung lebih mahal dari patungan atau sharecost. Januari 2022, aku menghabiskan Rp 600 ribu untuk pendakian open trip ke Gunung Merbabu. Biaya ini secara keseluruhan mencakup semua kebutuhan peserta, mulai dari transportasi, penggunaan tenda dan alat masak, logistik, dan makanan siap santap. Aku waktu itu hanya mengandalkan tas carrier berukuran kecil dan peralatan pribadi tanpa pusing memikirkan makanan, tenda, dan alat Gunung Prau bersama keluargaKonsumen penting memilih penyedia jasa yang cocok. Urusan kenyamanan berbanding besaran biaya tentu saja ada variasinya. Kepuasan konsumen antarpenyedia jasa yang membedakan satu dan lainnya. Ada harga, tentu ada kualitas. Namun, ini tidak semua bisa dipukul rata karena ada juga penyedia jasa pendakian berbiaya murah dengan servis memuaskan. Sebaliknya, ada penyedia jasa pendakian berbiaya cukup mahal dengan servis kurang. Aku biasanya meminta rekomendasi pada teman yang pernah menggunakan jasa penyedia menjadi cuanJika kita berinteraksi di media sosial, terutama Facebook dan Instagram, kita melihat beberapa iklan jasa wisata atau open trip dalam kegiatan pendakian. Pemuda kreatif generasi sekarang memanfaatkan tren dan animo masyarakat dalam kegiatan pendakian sebagai jalan mereka mendapatkan berinisiatif menjadi penyedia atau contact person perjalanan, khususnya pendakian. Apabila di antara mereka ada yang pernah ke lokasi tertentu, punya jaringan atau rekomendasi transportasi serta akomodasi, mereka akan membuat open bisa mendapat penghasilan atas biaya jasa yang dilakukan. Jika satu orang peserta saja bisa menghasilkan margin Rp 50 ribu maka kalikan saja dengan jumlah peserta trip. Mereka bisa menghasilkan uang seraya melakukan hobi atau passionnya, yaitu otomatis menuntut kita menyusun rencana, menetapkan tujuan, mengelola ego, bangkit atas dukungan, dan semangat bertahan dari anggapan minus orang. Pendakian juga mengajarkan kita memanajemen waktu, menjalani proses lewat langkah demi langkah, juga antisipasi menghadapi berbagai kemungkinan. pendakian backpackerjakarta biayapendakian tektok pendakiansolo pendakianberkelompok
Bagaimanamenuju ke Gunung Lawu menggunakan Bis? Klik pada rute Bis untk melihat petunjuk langkah demi langkah di peta, kedatangan jalur dan jadwal waktu terkini. Dari Swimming Pool "Apartment Greenbay Pluit", Jakarta Utara 142 mnt; Dari Sekolah Bintara Depok, Depok 97 mnt; Dari SMAN 3 Depok, Depok 91 mnt; Dari Waroeng Keboenkoe, Bogor 76 mnt
Puncak Gunung SemeruGunung Semeru adalah Gunung yang sangat populer di kalangan Pendaki dan masyarakat +62Gunung Kerucut ini terletak diKabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Gunung Semeru Semeru termasuk dalam 7 Summits of Indonesia dan juga menjadi gunung tertinggi pertama di Pulau karena keindahan dan pesona hutan semeru memiliki daya tarik wisatawan yang cukup besar, terlebih Gunung ini memiliki danau ikonik yang bernama Ranu dibalik keidahan dan kepopularan Gunung Semeru ini, Semeru beberapa kali sudah tercatat juga meregang korban satu yang paling di ingat adalah seorang Aktivis indonesia bernama Soe Hok Gie yang harus menghembuskan nafasnya karena Gas Beracun pada tahun Artikelnya Terlepas dari itu semua kali ini saya akan membagikan informasi perjalanan menuju Gunung Semeru dari biasa, saya akan mencoba meminimalisir budget atau biaya transportasi perjalanan untuk sampai di Basecamp Ranu Semeru hanya memiliki satu jalur resmi untuk pendakian, yaitu jalur Semeru via Ranu Pani sendiri adalah Desa yang terletak di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Ranu Pani termasuk bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger menuju Ranu Pani atau Basecamp Pendakian Gunung Semeru saya menunggunakan 1 alternatif transportasi, yaitu menurut saya, menggunakan kereta adalah transportasi yang cukup murah menuju ke Ranu Pani ketimbang naik Bus apalagi Transportasi Jika kalian menggunakan kereta, titik pemberangkatan adalah awal Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun MalangKereta Stasiun Pasar Senen - Stasiun MalangUntuk menuju Basecamp Gunung Semeru via Ranu Pani, Pertama-tama kita harus memilih kereta jurusan Stasiun Malang, jawa timurdari Stasiun Senen Jakarta kalian bisa memilih jenis kereta Ekonomi Matarmaja dengan Estimasi Biaya kurang-lebih 2022Lama perjalanan ditempuh kurang-lebih 16-19 jam hingga sampai di stasiun Malang - Kecamatan TumpangSesampainya di stasiun Malang, kita masih harus menuju ke Pasar Tumpang, akses menuju Pasar Tumpang biasanya akan menggunakan Angkot atau Angkutan sendiri sekitar Namun jika kalian pergi dengan kelompok, kalian bisa menyewa satu Angkot untuk menuju ke Pasar Tumpang dengan Biaya 100,000 - 150,000-,/Angkot- Alternatif lain menuju Tumpang bisa menggunakan ojek, tetapi harganya cukup - Ranu PaniJika kalian telah sampai di Kecamatan Tumpang, kalian masih harus melanjutkan perjalanan ke Desa Ranu PaniMenuju Pos 1 Desa Ranu Pani bisa menggunakan jeep,ojek atau angkutan lain, tetapi karena kontur jalan yang cukup curam bisanya pendaki akan menggunakan Mobil biayanya sendiri cukup mahal kisaran 650,000-700,000-,/Jeep, tapi untungnya satu Jeep dapat menampung 8 - 12 orang, jadi jika dibagi 10 kepala biayanya sekitar 70,000/ jika kalian berangkat seorang diri atau berdua saja, kalian bisa mencari kelompok lain dan ikut bergabung untuk patungan satu Mobil Jeep agar meminimalisir Alternatif lain menuju Ranu Pani juga bisa menggunakan ojek dengan biaya sekitar 100,000 - 150,000,-/orangPerjalanan menuju Ranu Pani menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam 30 PaniSetelah sampai di Desa Ranu Pani, kalian hanya tinggal mengurus perizinan menginap dan pendakian, tentunya kalian diwajibkan untuk mematuhi peraturan disana,Kalian juga Diwajibkan untuk sudah mengisi form pendakian Gunung Semeru sedari online, dan membawa berkas-berkas pendukung yang itulah Estimasi Biaya Transportasi Pendakian Gunung Semeru dari Estimasi Biaya Kereta Stasiun Pasar Senen - Stasiun Malang Rp, 150,000-200,000-,/orang Ekonomi MatarmajaStasiun Malang - Kecamatan Tumpang Rp, 30,000-,/Orang atau Rp,100,000 - 150,000-,/MobilKecamatan Tumpang - Ranu PaniMenggunakan Jeep Rp, 650,000 - 700,000-,/Jeep dan satu Jeep dapat menampung 8 - 12 orangContoh dibagi 10 adalah Rp,70,000-,/KepalaMenggunakan Ojek Rp, 100,000-150,000-,/OrangNah untuk biaya satu orang menuju Ranu Pani dari jakarta setidaknya membutuhkan Rp,200,000-250,000-, untuk satu kali perjalanan sampai di Ranu diatas tergantung dari negoasiasi kalian setibanya di Stasiun ingin mentotal biaya Pulang dan Pergi tinggal dikalikan dua, Rp,200,000-250,000-,x2 = Rp 400,000-500,000-,/Orang hingga kembali ke Estimasi Biaya Perjalanan menuju Gunung Semeru via Ranu Pani, tetapi Biaya diatas hanyalah biaya Transportasi hingga sampai di Desa Ranu Pani dan tentu tidak termasuk dari Biaya Logistik, Simaksi dan 1. Gunakan Kereta Ekonomi Matarmaja dan Pesan ticket setidaknya 2 minggu - 1 bulan sebelum keberangkatan jadwal pendakian2. Jika kalian pergi sendiri atau berdua, usahakan mencari barengan transport menuju Tumpang dan Ranu Pani agar meminimalisir biaya3. Setibanya di Stasiun Malang lebih baik menyewa 1 Angkot dengan kelompok agar biaya lebih murah4. Sesampainya di Tumpang usahakan memilih transportasi Jeep, karena jalan medan yang menanjak dan cukup Lakukan Negosiasi Jeep, dan hindari Calo-calo yang meminta harga tinggi6. Patuhi Peraturan-peraturan yang tertera di Ranu Pani Ini hanyalah estimasi perjalanan, usahakan membawa uang lebih/tidak cekak, karna perjalanan setiap orang pasti berbeda-beda dan artikel ini hanya membahas tentang biaya transportasi, jadi untuk biaya logistik dll tidak dijelaskan adalah sedikit gambaran tentang estimasi perjalanan transportasi dari Jakarta menuju ke Gunung tidak akan selalu sesuai dengan gambaran perjalanan sesungguhnya, jadi persiapkan semua dengan matang. Kita tidak akan tau apa yang akan terjadi dijalan/dipendakian, tapi jika kita sudah dipersiapkan semua dari awal, insyaallah semua akan baik-baik safety. Jaga kebersihan dan bawa turun sampahmu .
  • 4exd4w3nag.pages.dev/327
  • 4exd4w3nag.pages.dev/739
  • 4exd4w3nag.pages.dev/844
  • 4exd4w3nag.pages.dev/482
  • 4exd4w3nag.pages.dev/394
  • 4exd4w3nag.pages.dev/354
  • 4exd4w3nag.pages.dev/760
  • 4exd4w3nag.pages.dev/177
  • 4exd4w3nag.pages.dev/614
  • 4exd4w3nag.pages.dev/624
  • 4exd4w3nag.pages.dev/466
  • 4exd4w3nag.pages.dev/690
  • 4exd4w3nag.pages.dev/110
  • 4exd4w3nag.pages.dev/115
  • 4exd4w3nag.pages.dev/162
  • backpacker ke gunung lawu dari jakarta